Kamis, 04 November 2010

SOFT SKIL ETika profesi AKUNTANSI

PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA
PADA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Intan Puspita Sari (20207573)
Irma Mutiarani (21207272)
Tiara Amalia (21207095)
Tugas SoftSkill Etika Profesi Akuntansi
Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma


Abstrak
Etika profesi akuntansi merupakan pendidikan aktivitas profesi, profesi akuntansi tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga selain harus memahami dan menerapkan etika profesi, mereka harus memahami dan menerapkan etika di dalam lingkungan perusahaan.
Penelitian ini berfokus pada efek dari etika profesi akuntansi pendidikan, gender, dan terutama pada sikap mahasiswa pada CSR. Ada tiga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah etika profesi akuntansi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan, apakah gender berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas gunadarma fakultas Ekonomi jurusan akuntansi, dengan menyebarkan 150 kuesioner terhadap responden, Sampel yang diambil sekitar 130 responden dari populasi. menggunakan metode uji validitas, data diuji dengan melakukan validitas konstruksi. Berdasarkan perhitungan, dari 12 item kuesioner untuk data definisi menjalankan perusahaan yang baik menurut mahasiswa, 9 item dari Kuesioner untuk data tentang sikap mahasiswa mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dalam sosial. Data yang ada diuji dengan menggunkan metode perhitungan Cronbach Alpha. Dengan alat bantu software SPSS 15.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap siswa yang belum dan sudah mendapatkan etika profesi akuntansi , Tidak ada efek dari gender terhadap etika profesi akuntansi pada sikap mahasiswa pada CSR.


PENDAHULUAN
Pada saat ini, era globalisasi, persaingan akan menjadi tajam, dan hanya mereka yang siap, mempunyai sikap profesional dengan bekal yang memadai saja akan hidup dalam masa mendatang. Untuk itu perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapinya. Kekuatan objektif mencakup dua hal paling pokok , yaitu modal dan tenaga kerja. Modal yang kuat saja tidak memadai, Tenaga profesional yang akan menentukan kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan dalam kesuksesan nya. Tenaga profesional tidak hanya didasarkan pada keahlian dan keterampilan, melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen moral: disiplin, loyalitas, kerjasama, integritas pribadi, tanggung jawab, kejujuran, perlakuan yang manusiawi, dan seterusnya. Satu hal yang sangat penting dalam persaingan yang ketat adalah relasi, network. Relasi hanya mungkin dijalin dan dipertahankan atas dasar kepercayaan.
Kepercayaan hanya dapat dipegang jika dibuktikan dan ditunjang oleh nilai-nilai moral yang nyata: kejujuran, mutu, dan seterusnya. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga–tenaga yang profesional dengan mempertahankan kode etik. Karakter menunjukkan profesionalitas yang diwujudkan dalam sikap profesi dan tindakan etisnya.
Pendidikan etika profesi akuntansi ini menerapkan bahwa sebagai individu harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Dibalik semua perkembangan yang ada terdapat satu sisi yang selalu menjadi trade off dari semuanya yaitu kehidupan sosial dari masyarakat sekitar. Kehidupan sosial atau lebih sering dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan isu yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan, konsumen, kelompok sosial, beroperasi yang juga dapat membawa dampak positif bagi tanggung jawab sosial perusahaan.
Seseorang berperilaku etis tidak hanya dapat dipengaruhi dari lingkungan bisnisnya. Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi seseorang berperilaku etis. Calon akuntan perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah-masalah etika profesi yang akan mereka hadapi. Terdapatnya mata kuliah yang berisi
ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika memiliki peran penting dalam perkembangan profesi dibidang akuntansi di Indonesia.
Indiana Farid Martadi dan Sri Suranta (2006) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan Bagian Akuntansi dipandang dari segi Gender terhadap Etika bisnis dan Etika Profesi”.
Sikap etis juga dapat dipengaruhi oleh gender atau jenis kelamin. Menurut penelitian Anna Maija Lamsa et.al (2007), wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi dibandingkan pria. Mahasiswa wanita lebih memiliki nilai etika, lingkungan, dan dimensi sosial dalam menjalankan perusahaan yang baik dari pada mahasiswa pria.
Sikap etis juga dapat dipengaruhi oleh gender atau jenis kelamin. Menurut penelitian Annisa Islamira (2008) , wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi di bandingkan pria. Nilai etika, lingkungan, dan dimensi sosial yang dimiliki wanita dalam menjalankan perusahaan lebik baik dari pada mahasiswa pria.
Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian “PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA PADA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.”

Perumusan Masalah
Penelitian mengenai etika profesi akuntansi ini dilakukan karena aktivitas profesi akuntansi tidak terlepas menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga memahami dan menerapkan etika profesi, Penelitian ini dilakukan terhadap calon akuntan (mahasiswa) karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya dibekali terlebih dulu pengetahuan mengenai etika sehingga setelah lulus nanti mahasiswa dapat bekerja secara profesional berdasarkan etika profesi dan dapat menerapkan etika dalam lingkungan perusahaan. Melalui mata kuliah etika profesi diharapkan dapat membekali mahasiswa berupa pengetahuan mengenai etika profesi akuntansi.
Penelitian ini mengkhususkan untuk menyoroti masalah apakah pendidikan etika profesi akuntansi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, selain itu menyoroti gender karena masih adanya diskriminasi terhadap wanita dalam lingkungan pekerjaannya dan adanya beberapa pendapat pada penelitian sebelumnya bahwa wanita lebih memiliki sensitivitas etis dibandingkan dengan pria.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah pendidikan etika profesi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Apakah gender berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan ?

Dalam melakukan penelitian ini penulis akan membatasi masalah pada pengaruh etika pendidikan etika profesi akuntansi, gender terhadap sikap mahasiswa, hanya pada ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan saja.

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada CSR, melalui ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi akuntansi terhadap sikap mahasiswa terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Apakah ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Manfaat Penelitian
a. Secara akademis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan awal bagi yang Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemgembangan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi di Indonesia.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode eksploratif. Alasan penulis menggunakan metode eksploratif ini bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner dirancang untuk menjelaskan pengaruh antar variable. Operasi seluruh variable dalam penelitian ini dijalankan dalam lingkungan yang bersifat alamiah (natural environment/ non contrived setting) yang memiliki arti bahwa penelitian ini dilakukan secara langsung dalam lingkungan pendidikan yang berada pada umumnya, dalam penelitian ini berupa universitas.

Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 jenis Teknis analisis data untuk mendapatkan hasil yang akurat dan informatif atas masalah yang telah dirumuskan yaitu: statistik deskriptif dan uji kualitas data dengan statistik inferensial. Secara spesifik, kedua metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
Statistik deskriprif adalah metode statistik untuk menghimpun kembali jawaban responden dari kuesioner yang telah dijawab ke dalam bentuk yang sekiranya mampu menyajikan data dalam format informatif. Statistik deskriptif ini dilakukan terhadap seluruh butir karakteristik responden yang diajukan berdasarkan jumlah individu yang menjawab per pilihan jawaban bersama tingkat persentasenya dan dilakukan pula terhadap setiap butir pernyataan melalui penyajian nilai rata-rata hitung serta nilai simpangan baku.
Uji kualitas data dalam penelitian ini dengan menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menentukan sesuatu yang berkaitan dengan populasi berdasarkan pada sampel yang digunakan (Jakaria, dkk, 2005), sehingga metode ini dipakai untuk menentukan tingkat kualitas data serta kuat atau tidaknya karakteristik komponen-komponen pernyataan. Berdasarkan definisi tersebut, maka dilakukan pengujian kualitas data dalam statistik inferensial. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai uji instrumen yang akan dilaksanakan:

1.) Uji validitas
Menurut Jakaria, dkk (2005), uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid (dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur). Validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi objek pengukuran yang dilakukan dengan instrumen penelitian tersebut. Jika suatu item pernyataan dinyatakan tidak valid, maka item pernyataan itu tidak dapat digunakan dalam uji-uji selanjutnya.
Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson’s Correlation Product Moment untuk pengujian dua sisi yang terdapat pada program komputer SPSS 15.0 for Windows. Hasil uji korelasi tersebut bisa dikatakan valid jika apabila tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.

2.) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Jakaria, dkk (2005), uji reliabilitas berfungsi untuk menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur. Uji reliabilitas dilakukan melalui perhitungan besarnya koefisien Cronbach’s alpha. Koefisien Cronbach’s alpha ini dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan ketentuan apabila nilainya lebih besar dari atau sama dengan (>) 0,600, maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat-syarat realibilitas.

PEMBAHASAN Tabel 4.3

N Minimum Maximum Mean
DMP 1 130 3.00 5.00 4.5077
DMP 2 130 3.00 5.00 4.846
DMP 3 130 3.00 5.00 4.4077
DMP 4 130 3.00 5.00 4.2769
DMP 5 130 3.00 5.00 4.4615
DMP 6 130 3.00 5.00 4.4692
DMP 7 130 3.00 5.00 4.3923
DMP 8 130 2.00 5.00 4.6538
DMP 9 130 3.00 5.00 4.6077
DMP 10 130 2.00 5.00 4.3923
DMP 11 130 4.00 5.00 4.4000
DMP 12 130 3.00 5.00 4.3231
SMCR 1 130 3.00 5.00 4.5077
SMCR 2 130 3.00 5.00 4.4846
SMCR 3 130 3.00 5.00 4.4077
SMCR 4 130 3.00 5.00 4.2769
SMCR 5 130 3.00 5.00 4.4615
SMCR 6 130 3.00 5.00 4.4692
SMCR 7 130 3.00 5.00 4.3923
SMCR 8 130 2.00 5.00 4.6538
SMCR 9 130 3.00 5.00 4.6077
CSR 130 3.61 4.89 4.514
Valid N
( listwise) 130



Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan besarnya nilai mean atau nilai rata-rata dan standar deviasi untuk variabel yang diukur dalam penelitian ini. Nilai mean menunjukkan rata-rata penilaian responden terhadap suatu pernyataan. Sikap mahasiswa menunjukkan positif dalam setiap menjawab pernyataan kuesioner yang diberikan dengan hasil skor 5 tertinggi pada setiap jawaban responden.Dengan demikian sikap mahasiswa menunjukkan bahwa mudah dalam menjawab semua pernyataan yang diberikan. Sedangkan standar deviasi menggambarkan besarnya penyimpangan terhadap rata-rata dari pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian, maka dengan demikian bisa disimpulkan bahwa kemungkinan ada penyimpangan responden dalam menjawab yang tidak sesuai dengan sikap pribadi responden itu sendiri atau bisa di sebabkan karena kurang memahami nya dalam menjawab setiap poin pada pernyataan responden yang ada. 1) Uji validitas
Adapun hasil uji validitas terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam instrument penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4.1
Hasil Pengujian Validitas Untuk Konstruk Definisi Menjalankan Perusahaan Yang Baik Menurut Mahasiswa (DMP)

Konstruk

1 Koefisien Korelasi p-value Keputusan
1.DMP1 0,363** 0,000 Valid
2.DMP2 0,383** 0,000 Valid
3.DMP3 0,585** 0,000 Valid
4.DMP4 0,650** 0,000 Valid
5. DMP5 0,573** 0,000 Valid
6. DMP6 0,506** 0,000 Valid
7. DMP7 0,354** 0,000 Valid
8. DMP8 0,328** 0,000 Valid
9. DMP9 0,380** 0,000 Valid
10.DMP10 0,280** 0,001 Valid
11. DMP11 0.361** 0,000 Valid
12. DMP 12 0,354** 0,000 Valid
** correlation is significant at the 0.01 level.
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, item-item pernyataan diatas memiliki p-value < 0.05. Artinya item-item pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki validitas konstruk. Terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut sehingga dapat membentuk konstruk dari DMP.

Tabel 4.4.2
Hasil Pengujian Validitas Untuk Konstruk Sikap Mahasiswa Pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (SMCSR) Konstruk

Konstruk Koefisien Korelasi p-value Keputusan
1. SMCSR1 0,369** 0,000 Valid
2. SMCSR2 0,470** 0,000 Valid
3. SMCSR3 0,620** 0,000 Valid
4. SMCSR4 0,652** 0,000 Valid
5. SMCSR5 0,626* 0,000 Valid
6. SMCSR6 0,583** 0,000 Valid
7. SMCSR7 0,451** 0,000 Valid
8. SMCSR8 0,390** 0,000 Valid
9. SMCSR9 0,338** 0,000 Valid
** correlation is significant at the 0.01 level.
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, item-item pernyataan diatas memiliki p-value < 0.05. Artinya item-item pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki validitas konstruk. Terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut sehingga dapat membentuk konstrak dari SMCSR.
2.) Uji Reliabilitas
Adapun hasil uji reliabilitas terhadap kelompok pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Dalam Kuesioner Konstruk
Konstruk Items Cronbach’s Coefficient Alpha
DMP 12 0,606
SMCSR 9 0,636
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, koefisien Cronbach’s Alpha untuk masing-masing konstruk lebih besar (>) 0.60, artinya Cronbach’s Alpha dapat diterima (acceptable). Jawaban rersponden terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel CSR adalah konsisten dan konstruk dapat dipercaya (reliable).

4.2 Hasil Uji Hipotesis
1).Uji Levene’s
Sebelum dilakukan pengujian hipotesa dengan menggunakan independent sample t-test terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varians(Levene’s Test) dengan langkah-langkah:
a. Hipotesa : Ha : varians dari kedua variabel tidak sama (berbeda)
Ho : varians dari kedua variabel sama (tidak berbeda)
b. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan kriteria
Jika sig dari F-statistik > 0.05 maka Ho diterima
Jika sig dari F-statsitik < 0.05 maka Ho ditolak
Hasil dari Uji Levene’s dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6
Pengujian Levene’s Test for Equality of Variances

Variabel Asymp. Sig
Keterangan Ho
Et_pro
0,005
P < 0,05
Ditolak

Gender 0,061
P > 0,05
Diterima
Sumber : data diolah (lihat lampiran)


Berdasarkan tabel diatas, nilai probabilita variabel Et_Pro lebih kecil dari (<) 0,05 maka Ho ditolak atau berarti variabel Et_Pro memiliki varians yang tidak sama, sehingga digunakan t-stat baris 2. Sedangkan nilai probabilita variabel Gender dari (>) 0,05 maka Ho diterima atau berarti variabel Gender memiliki varians yang sama.

2). Uji Independent Sampel T-Test
Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Independent-Samples T Test. Independent-Samples T test merupakan pengujian perbedaan rata-rata dari suatu variable untuk dua kelompok variable yang tidak saling berhubungan.
Tabel 4.7 dibawah ini menunjukkan hasil dari pengujian Two Independent Sample t-Test

Tabel 4.7
Pengujian Two-Independent Sample t-test
Variabel Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan Ho

Et_Pro
Gender 0,143
0,562 P > 0,05
p > 0,05 Diterima
Diterima
Sumber : Data Diolah


Pada tabel 4.7 memperlihatkan hasil pengujian Ho1 diterima karena variabel pendidikan etika profesi memiliki p-value sebesar 0.143 yang berarti nilai probabilita (p-value) lebih besar (>) 0.05, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi pada tanggung jawab sosial yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam penelitian ini diajukan 2 hipotesis dan berikut hasil ujian tersebut:
• Hipotesis 1
Hipotesis ini menguji pengaruh yang signifikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaruh dilihat dari apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi pada tanggung jawab sosial.
Pada hasil uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah etika profesi akuntansi pada tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti pendidikan etika profesi tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh faktor adanya mata kuliah etika profesi Mahasiswa Akuntansi dapat menempuh matakuliah etika profesi pada saat semester tujuh (VII) . Matakuliah etika profesi membahas materi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan pada 2 kelompok pendekatan stakeholders, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer teridiri dari: pemilik modal, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur, dan rekanan. Kelompok sekunder yang terdiri dari: pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya, dan masyarakat setempat (komunitas sosial). Selain itu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) yang sebelumnya diperoleh mahasiswa Akuntansi pada saat semester enam (VI). Matakuliah Auditing , juga membahas materi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan melalui 5 model tanggung jawab sosial terhadap pihak stakeholders antara lain: pelanggan, karyawan, investor, pemasok, dan komunitas lokal. Auditing juga membahas tentang etika profesi dan kode etik seorang akuntan. Faktor adanya mata kuliah Auditing , yang mungkin mempengaruhi sikap mahasiswa yang belum mendapatkan mata kuliah etika profesi pada tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga tidak ada perbedaan antara mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh matakuliah etika profesi.

• Hipotesis 2
Hipotesis ini menguji pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaruh dilihat dari apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab sosial.

Pada tabel 4.7 memperlihatkan hasil pengujian Ho2 diterima karena variabel gender memiliki p-value sebesar 0.562 yang berarti nilai probabilita (p-value) lebih besar (>) 0.05, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab social yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Pada hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa dengan mahasiswi pada tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti jenis kelamin (gender) tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi faktor usia yang relatif sama dan status yang masih sebagai mahasiswa, tidak sebagai pekerja. Mahasiswa dan mahasiswi dalam penelitian ini, memiliki usia yang relatif sama. Mahasiswa dan mahasiswi dalam penelitian ini, tidak berkecimpung langsung didunia kerja. Menurut dua alternatif penjelasan tentang perbedaan gender dalam menentukan keinginan untuk melakukan perilaku bisnis tidak etis, berbeda apabila berada didunia kerja, menurut alternatif pertama yaitu pendekatan sosialisasi gender, menyatakan bahwa pria dan wanita membawa nilai-nilai dan norma yang berbeda ketempat kerja mereka. Wanita secara tipikal dilingkungan pekerjaan, direfleksikan dengan perhatian pada sesama. Pria secara tipikal dilingkungan pekerjaan, disosialisasikan pada nilai-nilai agensi yang melibatkan pengembangan diri, kompetensi dan keunggulan. Menurut alternatif kedua yaitu pendekatan struktural gender, memprediksi bahwa pria dan wanita yang mendapatkan pelatihan atau pengajaran dan berada pada posisi atau jabatan yang sama akan menunjukkan prioritas etis yang sama. Faktor mahasiswa dan mahasiswi yang mendapatkan pengajaran yang sama mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan posisi yang sama sebagai mahasiswa ini menyebabkan tidak adanya perbedaan sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang pernah dilakukan Annisa Islamira (2008) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan mahasiswa pria dan wanita. Dan hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian yang pernah dilakukan Lamsa et.al (2007) menyatakan mahasiswa wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial dibandingkan dengan mahasiswa pria.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sesuai dengan hasil analisis faktor dan pembahasan atas uji kekuatan karakteristik terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner dalam penelitian ini dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
a. Dari sisi matakuliah etika profesi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh matakuliah etika profesi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, variabel pendidikan etika profesi tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel independen.
b. Dari sisi jenis kelamin (gender), tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, variabel jenis kelamin (gender) tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel independen.



Saran
Dari hasil penelitian ini, terdapat pula beberapa saran bagi penelitian selanjutnya yang dapat di uraikan sebagai berikut :
a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah responden.tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja, dapat juga dari kalangan akuntan langsung didunia kerja atau akuntan publik sehingga mampu menghasilkan data yang lebih akurat seiring perluasan responden sebagai subjek penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar