Selasa, 23 November 2010

softskill tugas makalah

Kode Etik Akuntan Indonesia

Intan Puspita Sari (20207573)
Irma Mutiarani (21207272)
Tiara Amalia (21207095)
UNIVERSITAS GUNADARMA

Sebagai catatan dunia akuntansi, pernah adanya skandal kelas dunia karena etika yang di acuhkan, hal ini disebabkan mereka lebih menjunjung tinggi kepentingan pembesar perusahaan dan kepentingan perusahaan di anggap lebih tinggi dari pada etika profesi. Padahal dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga daripada kepentingan perusahaan. Dan bagi akuntan, prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode etik profesi akuntansi pun menjadi barang wajib yang harus mengikat profesi akuntan.
Setiap orang yang memiliki gelar akuntan, wajib mentaati kode etik dan standar akun,terutama para akuntan publik yang sering bersentuhan terhadap masyarakat dan kebijakan pemerintah. Kewajiban mentaati peraturan kode etik ini telah diatur oleh Departemen Keuangan (Depkeu) dan mempunyai aturan sendiri yakni peraturan menteri keuangan (PMK) no.17 tahun 2008. Intinya peraturan ini mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas atas kliennya itu berdasarkan SPAP (standar profesi akuntan publik) dan kode etik. Yang diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar internasional. Misalkan dalam auditing SPAP bersandar kepada Internasional Auditing Standar.
Pengetahuan mengenai kode etik akuntan ini, didapat oleh seoarang akuntan dalam masa pendidikan profesi. Kode etik dalam prespektif pendidikan adalah perjanjian bersama mengenai tingkah laku dan perilaku yang harap bisa dilaksanakan profesi dengan baik. Dalam masa pendidikan seorang akuntan dibekali pengetahuan untuk senantiasa dapat menjaga kode etik profesi dalam setiap tindakan sebagai orang yang profesional. Kekuatan itu biasanya didasari dari para pelakunya, yaitu terletak didalam hati nuraninya. Jika para akuntan memiliki integritas tinggi, jujur, independen, objektif dan profesional dengan sendirian dia akan menjalankan prinsip kode etik dan standar akuntan.
Kode etik adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesinya. Pengertian ini dituangkan dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga IAI, yang menyebutkan bahwa “Kode etik IAI adalah prilaku dalam etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya yang meliputi prinsip etika akuntan,
Hal yang membedakan sesuatu profesi akuntansi adalah peneriman tanggung jawab kepentingan dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggung jawab akuntan profesional harus mentaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik yang telah diterapkan.

I. Pendahuluan
Kemajuan ekonomi suatu negara memacu perkembangan bisnis dan mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan yang cukup tajam didalam dunia bisnis.hampir semua usaha bisnis bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit making) agar dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku bisnis dan memperluas jaringan usahanya, namun terkadang untuk mencapai tujuan itu segala upaya dan tindakan dilakukan walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakan-tindakan yang menggabaikan berbagai dimensi moral dan etika dari bisnis itu.
Bisnis dapat menjadi sebuah profesi etis apabila ditunjang dengan menerapkan prinsip-prinsip etis untuk berbisnis. Prinsip-prinsip dalam berbisnis adalah merupakan suatu aturan hukum yang mengatur kegiatan bisnis semua pihak secara fair dan baik disertai dengan sebuah sistem pemerintahan yang adil dan efektif dalam menegakan aturan dalam bisnis tersebut. Dalam bisnis ini terdapat tata cara yang ideal dalam pengaturan dan pengolahan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara ekonomi/ sosial dimana penerapan norma dan moralitas ini dapat menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Berdasarkan pernyataan diatas kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu. Dalam prinsip akuntansi etika akun harus harus lebih dijaga dibandingkan dengan kepentingan perusahaan . Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena funsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh pelaku bisnis dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan. Dan bukan hanya didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja karena itu bagi akuntan prinsip akuntansi adalah aturan tertinggi yang harus diikuti. Kode etik menjadi wajib bagi para akuntan.

II. Etika dan Pendidikan Etika
Ward et al (1933) mendefinisikan etika sebagai suatu proses, yaitu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu argumen ini didasarkan pada ketidakpastian terlalu sederhana perepsi umum atas pengertian etika yang hanya dianggap pernyataan benar-salah baik-buruk. Proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam dan sisi luar yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu.
Menurut Magnis Suseno (1985) etika normatif dibagi menjadi dua yaitu tolak ukur pertanggung jawaban moral dan menuju kebahagiaan. Tolak ukur pertanggung jawaban moral meliputi etika wahyu, etika peraturan, etika situasi, dan etika relativisme. Sedangkan etika normatif menuju kebahagiaan meliputi egoisme , pengembangan diri dan utilitarisme. Disamping itu Hardjono membagi jenis etika berdasar kan 4 kelompok etika normatif, etika peraturan, etika situasi, etika relativisme.
Pengkelompokan normatif dan jenis etika tersebut juga terdapat dalam Multidimensonial ethics scale (cohen 1993) yang mengembangkan atas 4 dimensi yaitu dimensi justice, dimensi egoism,dimensi utilitarian, dan dimensi contractualism.
Kode etik dalam perspektif pendidikan adalah perjanjian bersama mengenai tingkah dan perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan profesi dengan baik. Saat ini berprofesi sebagai akuntan khususbya akuntan publik regenerasi tidak seperti yang diharapkan. Sekarang, bagaimana caranya menarik minat mahasiswa supaya tertarik menjadi akuntan publik. Tentu ini menjadi masalah kita bersama KAP juga harus bertanggung jawab untuk memberi gambaran apa itu akuntan publik karena mereka langsung terjun kelapangan.
Tujuan etika pendidikan secara menurut Wynd dan Mager (1989) adalah tidak untuk mengubah cara mahasiswa menganggap bagaimana seharusnya mereka bertindak dalam situasi tertentu. Tujuan yang lebih layak adalah menbuat mahasiswa menyadari dimensi etika dan sosial dalam setiap pengambilan keputusan bisnis mereka sehingga diharapkan dimensi ini akan menjadi komponen dalam proses pengambilan keputusan mereka kelak.
Sedangkan loeb(1988) mengemukakan tujuan pendidikan etika dalm bidang akuntansi adalah :
1. Menghubungkan pendidikan akuntansi kepada persoalan persoalan etis
2. Mengenalkan persoalan dalam akuntansi yang mempunyai implikasi etis.
3. Mengembangkan suatu perasaan kewajiban atas tanggung jawab moral
4. Mengembangkan kemampuan yang berkaitan dengan konflik etis
5. Belajar menghubungkan dengan ketidakpastian profesi akuntansi
6. Menyusun perubahan untuk perilaku etis
7. Mengapresiasikan dan memahami sejarah dan komposisi seluruh aspek etika dan hubungan terhadap bidang umum dan etika

III. Etika Profesi Akuntan
Dalam etika profesi sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk(1994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan etika moral yang lebih terbatas pada ke khasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan jasa pada masyarkat harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku profesioanal. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap etika profesi adalah akuntan publik Didalam etika publik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi masyarakat dari kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dari kode etik ini yang pertama kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dilalaikan baik secara disengaja ataupun tidak sengaja dari kaum profesional. Kedua kode etik juga bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional.
Etika profesi akuntan di indonesia diatur dalam kode etik Akuntan Indonesia. Kode etika ini mengikat para anggota IAI dan dapat diperguakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Di indonesia penegakan kode etik dilaksanakan sekurang-kurangnya enam unit organisasi
Yaitu kantor akuntan publik, unit peer review kompartemen akuntan publik IAI, badan pengawas profesi kompartemen akuntan publik IAI, Dewan pertimbangan Profesi IAI, Departemen Keuangan RI dan BPKP. Selain 6 unit organisasi diatas, pengawasan terhadap kode etik juga dilakukan oleh para anggota dan pimpinan KAP.
Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan auditor dengan para klien, antara uditor dengan sejawatnya dana antara profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan a turan bagi seluruh anggota, baik yang berprakter sebagai auditor. Bekerja dilingkungan dunia usaha , pada instansi pemerintah, maupun dilingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (sihwahjoni dan gudono 2000).
Prinsip perilaku profesianal seorang akuntan yang tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan karateristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seoarang akuntan. Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan indonesia sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional. Akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan Masyarakat. Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukan komitmen pada profisionalisme.
3. Objektivitas dan Independensi. Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesional. Akuntan yang berpraktek sebagai akuntan publik harus bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada melaksanakan audit dan jasa atestasi lannya.
4. Keseksamaan. Akuntan harus mematuhi standar teknis dan profesi berusha untuk terus meningkatkan kompetisi dan mutu jasa dan melaksanakan tanggung jawab profesional dengan kemampuan terbaik.

IV. RUU dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik Departemen Keuangan mempunyai aturan sendiri yakni Peraturan Menteri Keuangan no 17 tahun 2008. Intinya peraturan ini mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas atas kliennya itu selalu berdasarkan pada SPAP dan kode etik. SPAP dan kode etik yang telah diterapkan oleh profesi berdasarkan standar internasional. Misalkan dalam auditing SPAP bersandar kepada internasional Auditing standar.
Laporan keuangan memiliki fungsi yang sangat vital sehingga, harus disajikan dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu Departemen Keuangan menyusun rancangan undang-undang tentang akuntan publik dan RUU laporan keuangan. RUU tentang akuntan publik antara lain didasari pertimbangan untuk mendorong profesioanalisme dan integritas profesi akuntansi publik. RUU akuntan publik terdiri atas 15 bab dan 60 pasal. Dengan pokok-pokok pengaturan yang mencangkup lingkung jasa akuntan publik, prijinan akuntan publik, perijinan KAP, dan kerja sama KAP dengan KAP asing atau organisasi audit asing.
RUU itu juga menngatur mengenai regulasi profesi akuntan publik, asosiasi akuntan publik hak, kewajiban, dan larangan bagi akuntan publik dan KAP. Komite pertimbangan Profesi Akuntan Publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang sedang disusun oleh SPAP adalah kode etik Internasional Federation of Accountans yang diterjemahkan jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC. Jadi tidak ada perbedaan yang signifikan antara kode etik SPAP dengan IFAC.
Adopsi etika oleh dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan indonesia untuk tidak sekedar jago kandang. Apalagi misi federasi akuntan internasional seperti yagn disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar yang harmonis sehingga dapt memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik .
Seorang anggota IFAC atau KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Namun demikian, bila terdapat anggota dewan atau KAP yang dilarang untuk mematuhi aturan tertentu dalam kode etik ini oleh hukum dan perundang-undangan maka mereka harus mematuhi aturan lainnya dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami perbedaan aturan dan pedoman beberapa daerah jurisdiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.

V. Aplikasi Kode Etik
Meski sampai saat ini belum ada seorang akuntan yang diberi sangsi berupa Pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan karena melanggar kode etik dan standar profesi akuntan ,tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja sekehendaknya . Setiap orang yang memegang gelar akuntan wajib mentaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para akuntan publik yang sering bersentuhan denagn masyarakat dan kebijakan pemerintahan menjadi sebuah keharusan itulah wujud pelaksanaan etika. Etika yang dijalankan dengan baik dan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal.
Akuntan tidak independen apabila dalam periode audit dan penugasan profesionalnya, baik akuntan, KAP, maupun orang dalam KAP, memberikan jasa-jasa non audit kepada klien seperti, pembukaan atau jasa yang lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu dapat menimbulkan benturan kepentingan.
Menurut Kataka puradireja (2008) kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak pada para pelakunya yaitu didalam hati nuraninya. Jika para akuntan iyu mempunyai integritas tinggi dengan sendirinya dia akan menjelaskan prinsip kode etik dan standar akuntan. Didalam kode etik IAI diartikan aturan perilaku akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya yang meliputi prinsip etika akuntan , aturan etika akuntan, dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik dirumuskan oleh badan khusus yang dibentuk untuk tujuan tersebut DPN (Dewan Pengurus Nasional.
Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggung jawab dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan profesional bukan sematamata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus mentaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik .
Oleh karena itu akuntan profesional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip Fundmental berikut :
1. Integritas, akuntan profesionalcharus bersikap jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
2. Objektivitas, Akuntan profesional tidak boleh membiarkan hal-hal yang biasa terjadi , tidak boleh membiarkan terjadinya benturan kepentingan atau tidak boleh mempengaruhi pihak lain dengan cara tidak pantas yang dapat mengesampingkan pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnis.
3. Kompetensi dan sikap kehati-hatian profesional, akuntan profesional memiliki kewajiban yang berkesinambungan untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesioanal pada satu tingkat dimana klien menerima jasa profesional.
4. Kerahasian, akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnis
5. Profesional, Akuntan profesional harus mematuhi hukum dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendeskreditkan profesi.

VI. Kesimpulan
Laporan keuangan yang accountable dan auditable sangalah penting baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi para pelaku bisnis lainnya. Disini peran akuntan publik sangat penting. Akuntan publik sebagai suatu profesi yang mengembang kepercayaan publik harus bekerja dalam kerangka peraturan perundangan.
Berbagai pelanggaran etika telah banyak terjadi saati ini dan dilakukan oleh akuntan . Misalnya berupa perekayasaan data akuntansi untuk menunjukan kinerja perusahaan agar terlihat baik, ini merupakan pelanggaran akuntan terhadap kode etika profesinya.
Ancaman terhadap kepatuhan praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi dalam situasi tertentu ketika praktisi melaksanakan kerjaannya. Karena beragam situasi, maka pencegahan yang tepat dalam kode etik ini adalah mengharuskan praktisi untuk mengindentifikasi, mengevaluasi, menangani, setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan publik, serta tidak hanya untuk mematuhi seperangkat peraturan khusus yang dapat bersifat subjektif.
Demikianlah bahwa salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah tanggungjawab profesi akuntan publik untuk melindungi kepentingan publik. Olehkarena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien dan pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam kode etik . Kode etik yang dijalankan dengn benar menjadi sebuah profesi menjadi terarah dan menjadi jauh dari skandal.

Kamis, 04 November 2010

SOFT SKIL ETika profesi AKUNTANSI

PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA
PADA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Intan Puspita Sari (20207573)
Irma Mutiarani (21207272)
Tiara Amalia (21207095)
Tugas SoftSkill Etika Profesi Akuntansi
Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma


Abstrak
Etika profesi akuntansi merupakan pendidikan aktivitas profesi, profesi akuntansi tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga selain harus memahami dan menerapkan etika profesi, mereka harus memahami dan menerapkan etika di dalam lingkungan perusahaan.
Penelitian ini berfokus pada efek dari etika profesi akuntansi pendidikan, gender, dan terutama pada sikap mahasiswa pada CSR. Ada tiga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah etika profesi akuntansi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan, apakah gender berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas gunadarma fakultas Ekonomi jurusan akuntansi, dengan menyebarkan 150 kuesioner terhadap responden, Sampel yang diambil sekitar 130 responden dari populasi. menggunakan metode uji validitas, data diuji dengan melakukan validitas konstruksi. Berdasarkan perhitungan, dari 12 item kuesioner untuk data definisi menjalankan perusahaan yang baik menurut mahasiswa, 9 item dari Kuesioner untuk data tentang sikap mahasiswa mengenai tanggung jawab sosial perusahaan dalam sosial. Data yang ada diuji dengan menggunkan metode perhitungan Cronbach Alpha. Dengan alat bantu software SPSS 15.0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap siswa yang belum dan sudah mendapatkan etika profesi akuntansi , Tidak ada efek dari gender terhadap etika profesi akuntansi pada sikap mahasiswa pada CSR.


PENDAHULUAN
Pada saat ini, era globalisasi, persaingan akan menjadi tajam, dan hanya mereka yang siap, mempunyai sikap profesional dengan bekal yang memadai saja akan hidup dalam masa mendatang. Untuk itu perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menghadapinya. Kekuatan objektif mencakup dua hal paling pokok , yaitu modal dan tenaga kerja. Modal yang kuat saja tidak memadai, Tenaga profesional yang akan menentukan kekuatan manajemen dan profesionalisme suatu perusahaan dalam kesuksesan nya. Tenaga profesional tidak hanya didasarkan pada keahlian dan keterampilan, melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen moral: disiplin, loyalitas, kerjasama, integritas pribadi, tanggung jawab, kejujuran, perlakuan yang manusiawi, dan seterusnya. Satu hal yang sangat penting dalam persaingan yang ketat adalah relasi, network. Relasi hanya mungkin dijalin dan dipertahankan atas dasar kepercayaan.
Kepercayaan hanya dapat dipegang jika dibuktikan dan ditunjang oleh nilai-nilai moral yang nyata: kejujuran, mutu, dan seterusnya. Etika profesi berperan penting dalam membentuk tenaga–tenaga yang profesional dengan mempertahankan kode etik. Karakter menunjukkan profesionalitas yang diwujudkan dalam sikap profesi dan tindakan etisnya.
Pendidikan etika profesi akuntansi ini menerapkan bahwa sebagai individu harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan. Dibalik semua perkembangan yang ada terdapat satu sisi yang selalu menjadi trade off dari semuanya yaitu kehidupan sosial dari masyarakat sekitar. Kehidupan sosial atau lebih sering dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan isu yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dan sudah menjadi kewajiban bagi setiap perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya pada pemilik modal atau saham, kreditor, karyawan, konsumen, kelompok sosial, beroperasi yang juga dapat membawa dampak positif bagi tanggung jawab sosial perusahaan.
Seseorang berperilaku etis tidak hanya dapat dipengaruhi dari lingkungan bisnisnya. Lingkungan dunia pendidikan dapat juga mempengaruhi seseorang berperilaku etis. Calon akuntan perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah-masalah etika profesi yang akan mereka hadapi. Terdapatnya mata kuliah yang berisi
ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa. Keberadaan pendidikan etika memiliki peran penting dalam perkembangan profesi dibidang akuntansi di Indonesia.
Indiana Farid Martadi dan Sri Suranta (2006) meneliti tentang “Persepsi Akuntan Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan Bagian Akuntansi dipandang dari segi Gender terhadap Etika bisnis dan Etika Profesi”.
Sikap etis juga dapat dipengaruhi oleh gender atau jenis kelamin. Menurut penelitian Anna Maija Lamsa et.al (2007), wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi dibandingkan pria. Mahasiswa wanita lebih memiliki nilai etika, lingkungan, dan dimensi sosial dalam menjalankan perusahaan yang baik dari pada mahasiswa pria.
Sikap etis juga dapat dipengaruhi oleh gender atau jenis kelamin. Menurut penelitian Annisa Islamira (2008) , wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi di bandingkan pria. Nilai etika, lingkungan, dan dimensi sosial yang dimiliki wanita dalam menjalankan perusahaan lebik baik dari pada mahasiswa pria.
Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian “PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA PADA TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN.”

Perumusan Masalah
Penelitian mengenai etika profesi akuntansi ini dilakukan karena aktivitas profesi akuntansi tidak terlepas menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga memahami dan menerapkan etika profesi, Penelitian ini dilakukan terhadap calon akuntan (mahasiswa) karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya dibekali terlebih dulu pengetahuan mengenai etika sehingga setelah lulus nanti mahasiswa dapat bekerja secara profesional berdasarkan etika profesi dan dapat menerapkan etika dalam lingkungan perusahaan. Melalui mata kuliah etika profesi diharapkan dapat membekali mahasiswa berupa pengetahuan mengenai etika profesi akuntansi.
Penelitian ini mengkhususkan untuk menyoroti masalah apakah pendidikan etika profesi akuntansi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, selain itu menyoroti gender karena masih adanya diskriminasi terhadap wanita dalam lingkungan pekerjaannya dan adanya beberapa pendapat pada penelitian sebelumnya bahwa wanita lebih memiliki sensitivitas etis dibandingkan dengan pria.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apakah pendidikan etika profesi berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Apakah gender berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan ?

Dalam melakukan penelitian ini penulis akan membatasi masalah pada pengaruh etika pendidikan etika profesi akuntansi, gender terhadap sikap mahasiswa, hanya pada ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan saja.

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada CSR, melalui ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi akuntansi terhadap sikap mahasiswa terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh gender terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Apakah ada atau tidaknya perbedaan sikap mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Manfaat Penelitian
a. Secara akademis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan awal bagi yang Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemgembangan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi di Indonesia.

METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode eksploratif. Alasan penulis menggunakan metode eksploratif ini bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab dan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner dirancang untuk menjelaskan pengaruh antar variable. Operasi seluruh variable dalam penelitian ini dijalankan dalam lingkungan yang bersifat alamiah (natural environment/ non contrived setting) yang memiliki arti bahwa penelitian ini dilakukan secara langsung dalam lingkungan pendidikan yang berada pada umumnya, dalam penelitian ini berupa universitas.

Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 jenis Teknis analisis data untuk mendapatkan hasil yang akurat dan informatif atas masalah yang telah dirumuskan yaitu: statistik deskriptif dan uji kualitas data dengan statistik inferensial. Secara spesifik, kedua metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
Statistik deskriprif adalah metode statistik untuk menghimpun kembali jawaban responden dari kuesioner yang telah dijawab ke dalam bentuk yang sekiranya mampu menyajikan data dalam format informatif. Statistik deskriptif ini dilakukan terhadap seluruh butir karakteristik responden yang diajukan berdasarkan jumlah individu yang menjawab per pilihan jawaban bersama tingkat persentasenya dan dilakukan pula terhadap setiap butir pernyataan melalui penyajian nilai rata-rata hitung serta nilai simpangan baku.
Uji kualitas data dalam penelitian ini dengan menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menentukan sesuatu yang berkaitan dengan populasi berdasarkan pada sampel yang digunakan (Jakaria, dkk, 2005), sehingga metode ini dipakai untuk menentukan tingkat kualitas data serta kuat atau tidaknya karakteristik komponen-komponen pernyataan. Berdasarkan definisi tersebut, maka dilakukan pengujian kualitas data dalam statistik inferensial. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai uji instrumen yang akan dilaksanakan:

1.) Uji validitas
Menurut Jakaria, dkk (2005), uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah semua pertanyaan penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid (dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur). Validitas menunjukkan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi objek pengukuran yang dilakukan dengan instrumen penelitian tersebut. Jika suatu item pernyataan dinyatakan tidak valid, maka item pernyataan itu tidak dapat digunakan dalam uji-uji selanjutnya.
Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson’s Correlation Product Moment untuk pengujian dua sisi yang terdapat pada program komputer SPSS 15.0 for Windows. Hasil uji korelasi tersebut bisa dikatakan valid jika apabila tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.

2.) Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Jakaria, dkk (2005), uji reliabilitas berfungsi untuk menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur. Uji reliabilitas dilakukan melalui perhitungan besarnya koefisien Cronbach’s alpha. Koefisien Cronbach’s alpha ini dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan ketentuan apabila nilainya lebih besar dari atau sama dengan (>) 0,600, maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat-syarat realibilitas.

PEMBAHASAN Tabel 4.3

N Minimum Maximum Mean
DMP 1 130 3.00 5.00 4.5077
DMP 2 130 3.00 5.00 4.846
DMP 3 130 3.00 5.00 4.4077
DMP 4 130 3.00 5.00 4.2769
DMP 5 130 3.00 5.00 4.4615
DMP 6 130 3.00 5.00 4.4692
DMP 7 130 3.00 5.00 4.3923
DMP 8 130 2.00 5.00 4.6538
DMP 9 130 3.00 5.00 4.6077
DMP 10 130 2.00 5.00 4.3923
DMP 11 130 4.00 5.00 4.4000
DMP 12 130 3.00 5.00 4.3231
SMCR 1 130 3.00 5.00 4.5077
SMCR 2 130 3.00 5.00 4.4846
SMCR 3 130 3.00 5.00 4.4077
SMCR 4 130 3.00 5.00 4.2769
SMCR 5 130 3.00 5.00 4.4615
SMCR 6 130 3.00 5.00 4.4692
SMCR 7 130 3.00 5.00 4.3923
SMCR 8 130 2.00 5.00 4.6538
SMCR 9 130 3.00 5.00 4.6077
CSR 130 3.61 4.89 4.514
Valid N
( listwise) 130



Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan besarnya nilai mean atau nilai rata-rata dan standar deviasi untuk variabel yang diukur dalam penelitian ini. Nilai mean menunjukkan rata-rata penilaian responden terhadap suatu pernyataan. Sikap mahasiswa menunjukkan positif dalam setiap menjawab pernyataan kuesioner yang diberikan dengan hasil skor 5 tertinggi pada setiap jawaban responden.Dengan demikian sikap mahasiswa menunjukkan bahwa mudah dalam menjawab semua pernyataan yang diberikan. Sedangkan standar deviasi menggambarkan besarnya penyimpangan terhadap rata-rata dari pernyataan yang diajukan dalam kuesioner penelitian, maka dengan demikian bisa disimpulkan bahwa kemungkinan ada penyimpangan responden dalam menjawab yang tidak sesuai dengan sikap pribadi responden itu sendiri atau bisa di sebabkan karena kurang memahami nya dalam menjawab setiap poin pada pernyataan responden yang ada. 1) Uji validitas
Adapun hasil uji validitas terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam instrument penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4.1
Hasil Pengujian Validitas Untuk Konstruk Definisi Menjalankan Perusahaan Yang Baik Menurut Mahasiswa (DMP)

Konstruk

1 Koefisien Korelasi p-value Keputusan
1.DMP1 0,363** 0,000 Valid
2.DMP2 0,383** 0,000 Valid
3.DMP3 0,585** 0,000 Valid
4.DMP4 0,650** 0,000 Valid
5. DMP5 0,573** 0,000 Valid
6. DMP6 0,506** 0,000 Valid
7. DMP7 0,354** 0,000 Valid
8. DMP8 0,328** 0,000 Valid
9. DMP9 0,380** 0,000 Valid
10.DMP10 0,280** 0,001 Valid
11. DMP11 0.361** 0,000 Valid
12. DMP 12 0,354** 0,000 Valid
** correlation is significant at the 0.01 level.
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, item-item pernyataan diatas memiliki p-value < 0.05. Artinya item-item pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki validitas konstruk. Terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut sehingga dapat membentuk konstruk dari DMP.

Tabel 4.4.2
Hasil Pengujian Validitas Untuk Konstruk Sikap Mahasiswa Pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (SMCSR) Konstruk

Konstruk Koefisien Korelasi p-value Keputusan
1. SMCSR1 0,369** 0,000 Valid
2. SMCSR2 0,470** 0,000 Valid
3. SMCSR3 0,620** 0,000 Valid
4. SMCSR4 0,652** 0,000 Valid
5. SMCSR5 0,626* 0,000 Valid
6. SMCSR6 0,583** 0,000 Valid
7. SMCSR7 0,451** 0,000 Valid
8. SMCSR8 0,390** 0,000 Valid
9. SMCSR9 0,338** 0,000 Valid
** correlation is significant at the 0.01 level.
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, item-item pernyataan diatas memiliki p-value < 0.05. Artinya item-item pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian memiliki validitas konstruk. Terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut sehingga dapat membentuk konstrak dari SMCSR.
2.) Uji Reliabilitas
Adapun hasil uji reliabilitas terhadap kelompok pernyataan yang digunakan dalam instrumen penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Pernyataan Dalam Kuesioner Konstruk
Konstruk Items Cronbach’s Coefficient Alpha
DMP 12 0,606
SMCSR 9 0,636
Sumber : data diolah (lihat lampiran)

Berdasarkan tabel di atas, koefisien Cronbach’s Alpha untuk masing-masing konstruk lebih besar (>) 0.60, artinya Cronbach’s Alpha dapat diterima (acceptable). Jawaban rersponden terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel CSR adalah konsisten dan konstruk dapat dipercaya (reliable).

4.2 Hasil Uji Hipotesis
1).Uji Levene’s
Sebelum dilakukan pengujian hipotesa dengan menggunakan independent sample t-test terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varians(Levene’s Test) dengan langkah-langkah:
a. Hipotesa : Ha : varians dari kedua variabel tidak sama (berbeda)
Ho : varians dari kedua variabel sama (tidak berbeda)
b. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan kriteria
Jika sig dari F-statistik > 0.05 maka Ho diterima
Jika sig dari F-statsitik < 0.05 maka Ho ditolak
Hasil dari Uji Levene’s dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6
Pengujian Levene’s Test for Equality of Variances

Variabel Asymp. Sig
Keterangan Ho
Et_pro
0,005
P < 0,05
Ditolak

Gender 0,061
P > 0,05
Diterima
Sumber : data diolah (lihat lampiran)


Berdasarkan tabel diatas, nilai probabilita variabel Et_Pro lebih kecil dari (<) 0,05 maka Ho ditolak atau berarti variabel Et_Pro memiliki varians yang tidak sama, sehingga digunakan t-stat baris 2. Sedangkan nilai probabilita variabel Gender dari (>) 0,05 maka Ho diterima atau berarti variabel Gender memiliki varians yang sama.

2). Uji Independent Sampel T-Test
Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Independent-Samples T Test. Independent-Samples T test merupakan pengujian perbedaan rata-rata dari suatu variable untuk dua kelompok variable yang tidak saling berhubungan.
Tabel 4.7 dibawah ini menunjukkan hasil dari pengujian Two Independent Sample t-Test

Tabel 4.7
Pengujian Two-Independent Sample t-test
Variabel Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan Ho

Et_Pro
Gender 0,143
0,562 P > 0,05
p > 0,05 Diterima
Diterima
Sumber : Data Diolah


Pada tabel 4.7 memperlihatkan hasil pengujian Ho1 diterima karena variabel pendidikan etika profesi memiliki p-value sebesar 0.143 yang berarti nilai probabilita (p-value) lebih besar (>) 0.05, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi pada tanggung jawab sosial yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam penelitian ini diajukan 2 hipotesis dan berikut hasil ujian tersebut:
• Hipotesis 1
Hipotesis ini menguji pengaruh yang signifikan etika profesi terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaruh dilihat dari apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh pendidikan etika profesi pada tanggung jawab sosial.
Pada hasil uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah etika profesi akuntansi pada tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti pendidikan etika profesi tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi oleh faktor adanya mata kuliah etika profesi Mahasiswa Akuntansi dapat menempuh matakuliah etika profesi pada saat semester tujuh (VII) . Matakuliah etika profesi membahas materi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan pada 2 kelompok pendekatan stakeholders, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer teridiri dari: pemilik modal, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur, dan rekanan. Kelompok sekunder yang terdiri dari: pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya, dan masyarakat setempat (komunitas sosial). Selain itu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) yang sebelumnya diperoleh mahasiswa Akuntansi pada saat semester enam (VI). Matakuliah Auditing , juga membahas materi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan melalui 5 model tanggung jawab sosial terhadap pihak stakeholders antara lain: pelanggan, karyawan, investor, pemasok, dan komunitas lokal. Auditing juga membahas tentang etika profesi dan kode etik seorang akuntan. Faktor adanya mata kuliah Auditing , yang mungkin mempengaruhi sikap mahasiswa yang belum mendapatkan mata kuliah etika profesi pada tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga tidak ada perbedaan antara mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh matakuliah etika profesi.

• Hipotesis 2
Hipotesis ini menguji pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaruh dilihat dari apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab sosial.

Pada tabel 4.7 memperlihatkan hasil pengujian Ho2 diterima karena variabel gender memiliki p-value sebesar 0.562 yang berarti nilai probabilita (p-value) lebih besar (>) 0.05, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab social yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Pada hasil uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa dengan mahasiswi pada tanggung jawab sosial perusahaan, yang berarti jenis kelamin (gender) tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini mungkin dapat dipengaruhi faktor usia yang relatif sama dan status yang masih sebagai mahasiswa, tidak sebagai pekerja. Mahasiswa dan mahasiswi dalam penelitian ini, memiliki usia yang relatif sama. Mahasiswa dan mahasiswi dalam penelitian ini, tidak berkecimpung langsung didunia kerja. Menurut dua alternatif penjelasan tentang perbedaan gender dalam menentukan keinginan untuk melakukan perilaku bisnis tidak etis, berbeda apabila berada didunia kerja, menurut alternatif pertama yaitu pendekatan sosialisasi gender, menyatakan bahwa pria dan wanita membawa nilai-nilai dan norma yang berbeda ketempat kerja mereka. Wanita secara tipikal dilingkungan pekerjaan, direfleksikan dengan perhatian pada sesama. Pria secara tipikal dilingkungan pekerjaan, disosialisasikan pada nilai-nilai agensi yang melibatkan pengembangan diri, kompetensi dan keunggulan. Menurut alternatif kedua yaitu pendekatan struktural gender, memprediksi bahwa pria dan wanita yang mendapatkan pelatihan atau pengajaran dan berada pada posisi atau jabatan yang sama akan menunjukkan prioritas etis yang sama. Faktor mahasiswa dan mahasiswi yang mendapatkan pengajaran yang sama mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan posisi yang sama sebagai mahasiswa ini menyebabkan tidak adanya perbedaan sikap mahasiswa dan mahasiswi pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang pernah dilakukan Annisa Islamira (2008) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan mahasiswa pria dan wanita. Dan hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian yang pernah dilakukan Lamsa et.al (2007) menyatakan mahasiswa wanita memiliki nilai etika yang lebih tinggi terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial dibandingkan dengan mahasiswa pria.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sesuai dengan hasil analisis faktor dan pembahasan atas uji kekuatan karakteristik terhadap pernyataan-pernyataan kuesioner dalam penelitian ini dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
a. Dari sisi matakuliah etika profesi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh matakuliah etika profesi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, variabel pendidikan etika profesi tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel independen.
b. Dari sisi jenis kelamin (gender), tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita terhadap tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya, variabel jenis kelamin (gender) tidak berpengaruh terhadap sikap mahasiswa pada tanggung jawab sosial perusahaan sebagai variabel independen.



Saran
Dari hasil penelitian ini, terdapat pula beberapa saran bagi penelitian selanjutnya yang dapat di uraikan sebagai berikut :
a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah responden.tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja, dapat juga dari kalangan akuntan langsung didunia kerja atau akuntan publik sehingga mampu menghasilkan data yang lebih akurat seiring perluasan responden sebagai subjek penelitian.

Minggu, 30 Mei 2010

pengertian akuntansi syariah

1 Pengertian dan Sejarah

Ada beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh akuntansi. Beberapa diantaranya adalah :

“Akuntansi adalah seni dalam menganalisa, mencatat, menggolongkan / mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, menafsirkan dan mengkomunikasikan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian ekonomi dari suatu entitas hukum sosial.”

“Akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan bagi pemakainya.”

“Akuntasi adalah bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang kondisi ekonomi suatu perusahaan / organisasi dan hasil usaha / aktifitasnya pada suatu waktu atau periode tertentu, sebagai pertanggung jawaban manajemen serta pengambilan keputusan.”

Sedang menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah) didefinisikan “suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat, dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang tepat.[1]

Melalui definisi ini maka dapat dibatasi bahwa karakteristik muhasabah adalah :

1. Aktivitas yang teratur.
2. Pencatatan :
1. Transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan yang sesuai dengan hukum.
2. Jumlah-jumlahnya.
3. Di dalam catatan-catatan yang representatif.
3. Pengukuran hasil-hasil keuangan.
4. Membantu dalam pengambilan keputusan.

Mayoritas ahli sejarah akuntansi, mengira bahwa akuntansi tumbuh karena tumbuhnya serikat dagang. Pada hakekatnya tumbuhnya serikat dagang itu sebagai salah satu fenomena luasnya perdagangan tidaklah menjadi asas dalam perkembangan akuntansi. Sebab tumbuhnya serikat itu termasuk yang paling baru apabila dibandingkan dengan tumbuhnya negara itu sendiri. Sepanjang sejarah, barbagai negara seperti negeri Babil, Fir’aun dan Cina telah menciptakan, menggunakan dan mengembangkan salah satu bentuk pencatatan transaksi keuangan. Penggunaan tersebut menyerupai apa yang sekarang disebut “Maskud Dafatir” (Bookkeeping), dan bertujuan mencatat pendapatan dan pengeluaran negara.[2]

Sejarah Islam menunjukkan bahwa negara Islam telah mendahului Republik Itali sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan. Selanjutnya salah satu sistem pembukuan modern yang dikenal dengan nama al Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan kebutuhan negara dari satu sisi, dan sesuai dengan kebutuhan para pedagang muslim disisi lain.

Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Lucas Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/ 1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah al Mazindarani dan berjudul Risalah Falakiyah Kitab as Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman al Qanuni di Istambul Tuki. Tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruf arab. Tetapi bahasa yang digunakan campuran antara bahasa arab, Persia, dan Turki yang populer di Daulah Utsmaniah. Jadi buku ini ditulis lebih awal dari buku Pacioli Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita, selama 131 tahun. Meskipun buku Pacioli yang pertama kali dicetak.[3]

Dalam buku yang masih berbentuk manuskrip itu, al Mazindarani menjelaskan hal-hal berikut[4] :

1. Sistem akuntasi yang populer saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap sistem akuntansi.
2. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan.
3. Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.

Menurutnya, sistem-sistem akuntansi yang populer saat itu (765 H/ 1363 M ) antara lain :

1. Akuntansi Bangunan
2. Akuntansi Pertanian
3. Akuntansi Pergudangan
4. Akuntansi Pembuatan Uang
5. Akuntansi Pemeliharaan Binatang

Sesungguhnya pengertian akuntansi di negara Islam hingga pengklasifikasiannya pada tahun 1924 berbeda dengan dengan apa yang ada di masyarakat lain di luar Islam. Karena pengertian akuntansi Islam atau muhasabah tidak sekedar pencatatan data-data keuangan, tetapi lebih sempurna.

Salah seorang penulis muslim menemukan bahwa pelaksanaan pembukuan yang pernah digunakan negara Islam diantaranya adalah sebagai berikut[5] :

1. Dimulai dengan ungkapan “ Bismillah”
2. Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apapun, maka harus diberi garis pembatas. Sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.
3. Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.
4. Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.
5. Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar dan hati-hati dalam menggunakan kata-kata.
6. Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau menghapusnya. Apabila seorang akuntan kelebihan mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi kepada kantor. Demikian pula jika seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi sebesar 1300 dinar. Sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku dengan saldo buku bandingan yang lain, dan saldo bandingannya yang ada di kantor.
7. Pada akhir periode tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah (uang) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara pengaturannya terhadap jumlah uang tersebut.
8. Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.
9. Harus mengelompokkan transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan karakternya dalam kelompok sejenis. Seperti mengelompokkan dan mencatat pajak yang memiliki satu karakter sejenis dalam satu kelompok.

10. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber pemasukan tersebut.

11. Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran tersebut.

12. Ketika menutup saldo harus meletakkan suatu tanda khusus padanya.

13. Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi yang sejenis itu saja (posting ke buku besar).

14. Harus memindahkan transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang independen, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku harian dan buku yang lain.

15. Setelah mencatat dan memindahkan transaksi keuangan di dalam buku-buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan laporan keuangan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-sumbernya serta pengalokasiannya. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973:163-165).

2 Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam

Prinsip-prinsip akuntansi yaitu sekumpulan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum, yamg wajib diambil dan dipergunakan sabagai petunjuk dalam mengetahui dasar-dasar umum bagi akuntansi. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah[6] :

1. Prinsip Legitimasi Muamalat yaitu sasaran–sasaran, transaksi-transaksi, tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan itu sah menurut syariat.
2. Prinsip Entitas Spiritual adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut.
3. Prinsip Kontinuitas yaitu prinsip yang keberadaanya dapat memberikan pandangan bahwa perusahaan itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan dilikuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi yang mengarah kepada kebalikannya. Dari prinsip ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
4. Umur perusahaan tidak tergantung pada umur pemiliknya.
5. Mendorong manusia agar salalu beramal dan bekerja keras, padahal ia mengetahui bahwa dia akan tiada suatu saat nanti.
6. Prinsip kontinuitas (going concern) merupakan kaidah umum dalam investasi.
7. Prinsip ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan agar perusahan terus beroperasi.
1. Prinsip Matching yaitu suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan tersebut dari segi lainnya.

3 Kaidah-Kaidah Akuntansi Islam

Kaidah adalah sejumlah hukum-hukum pelaksanaan yang bersifat rinci dan saling terkait, yang berkaitan dengan cara penerapan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum. Kaidah itu adalah[7] :

1. Kaidah obyektivitas
2. Kaidah accrual yaitu suatu kaidah yang menangani tentang penjadwalan perimbangan pemasukan dan pengeluaran, baik yang diterima atau dibayarkan maupun yang belum diterima atau dibayarkan.
3. Kaidah pengukuran
4. Kaidah konsistensi adalah kaidah yang harus dipegang untuk menetapkan bahwa data akuntansi dapat dibandingkan. Kaidah ini terkait komitmen untuk mengikuti prosedurnya sendiri.
5. Kaidah periodisitas yaitu prinsip yang keberadaannya dapat memberikan pandangan bahwa perusahaan itu melakukan pelaporan dalam tenggat waktu tertentu secara berkesinambungan dan terus – menerus.
6. Kaidah pencatatan sistematis ialah pencatatan dalam buku dengan angka atau kalimat untuk transaksi – transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan yang telah berlangsung pada saat kejadiannya, secara sistematis dan sesuai dengan karakter perusahaan serta kebutuhan manajemennya.
7. Kaidah transparansi yaitu penggambaran data-data akuntansi secara amanah, tanpa menyembunyikan satu bagian pun darinya serta tidak menampakkannya dalam bentuk yang tidak sesungguhnya, atau yang menimbulkan kesan yang melebihi makna data-data akuntansi tersebut.

Menurut Muhammad Akram Khan sifat akuntansi Islam adalah :

1. Penentuan laba rugi yang tepat

Walaupun penentuan laba rugi bersifat subyektif dan bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana (sesuai syariah) dan konsisten, sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi

2. Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan

Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkan hukum sejarah untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanaan-kebijaksanaan yang baik yang mempromosikan amal baik, serta dapat menilai efisiensi manajemen.

3.Ketaatan pada hukum syariah

Setiap aktifitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dikenali halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi, tetapi harus tetap tunduk terhadap syariat Islam.

4.Keterikatan pada keadilan

Karena tujuan utama dalam syariah adalah penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan di masyarakat.

5.Melaporkan dengan baik

Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan.

Perubahan dalam praktek akuntansi

Akuntansi harus mampu bekerjasama untuk menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan.

ayam kampung dan ayam negri

mau tau serunya cerita ayam kampung dan ayam negri???

ada sebuah keluarga sedrhana yang memiliki 2 ekor ayam, yaitu ayam kampung dan ayam negri..kedua ayam tersebut sama sama diberi makan..

sewaktu ketika seoarang ayah bertanya kepada anaknya,,nak jika kamu harus memilih apa yang kamu pilih kamu memilih untuk menjadi ayam kampung atau ayam negri kemudian si anak merasa bingung menjawab pertanyaan sang ayaahh...

tak lama kemudian sang anak menjawab,,,ayah aku memilih menjadi ayam kampung saja karena menurutku ayam kampung bisa bebas kesana kemari..lau sang ayah tersenyum,,sang ayah bilang nak bukan karena ayam kampung bebas kesana kemari saja tapi kamu tahu bahwa ayam kampung memiliki fisik yang kuat dibandingkan dengan ayam negri..

perbedaaan antara ayam kampung dan negri.
ayam kampung disaat makan dia bebas mencari makanan nya sendiri bhkan keselokan atau mengkorek korek tanah mencari cacing, tapi bagaimana kalo ayam negri. ayam negri tak perlu repot mencari makan ayam negri mendapat asupan makan yang khusus dari majikann nya yang bebas dari hama dan asupan gizi yang baikk./.

dari segi tempat tinggal,,ayam kampung tidak dikhususkan selalu dikandangi saja bahkan ada ayam kampung yang hanya di ikat oleh taki rapia,,, tapi sedangkan ayam negri begitu diperhatikan kandang yang bagus serta terdapat lampu didalamyaa...

namun ini semua memang dilihat lebih nyaman jauh jelas dibanding ayam kampung tapii apa kelemahann nya ayam negri lebih sensitif dibanding ayam kampung..ayam kampung kuat bhkan jarang sakit,,tapi kalo ayam negri rentang cepat sakit fisik nya lemah..


ini semua dapat diambil falsafah nya bahwa kita sebagai manusia jangan menjadi ayam negri karena sesungguhnya pada saat itu ayam negri telah kehilangan hak asasinya..ia di rawat diberi makan secara special yang ujung2 nya hanya dimanfaat kan oleh manusia dijadikan mesinn..yaitu mesin pencipta telur serta daging ayam..

generasi muda saat ini sering hanya ingin serba yang instan tanpa mau berkeringat banting tulang merasakan usaha dan susahnya untuk bekerja..yang mereka pikirkan hanya gaji besar kerja diperusahaan besar punya jabatan harta berlimpah rumah mewah..dengan adanya ini sesungguhnya orang yang selalu hanya ingin menikmati kemewahan dan kenyaman semata sesungguhnya orang tersebut sangat jauh dari sifat rela berkorban untuk orang lain dan membantu sesama cenderung bersifat selfish atau egois..

maka dari itu jadilah kita generasi yang bermanfaat generasi yang dapat menghargai setetes keringat generasi yang maju dan berpikiran positif.

topik penelitian akuntansi

TOPIK PENELITIAN AKUNTANSI OLEH :
PEPEYIEDWITAMA




Oler, Oler and Skousen (2008 ) membagi topik penelitian akuntansi menjadi tiga topik: akuntansi keuangan, akuntansi manajerial, pengauditan, perpajakan, governance (corporate governance dan pengendalian), dan topik lain-lain (edukasi, sejarah, ujian CPA, dan sebagainya yang tidak ada di pembagian topik sebelumnya). Mereka menyatakan bahwa suatu penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian akuntansi jika penelitian tersebut menunjukkan pengaruh kejadian ekonomi (economic events) terhadap proses pengikthisaran, analisis, pemverifikasian, dan pelaporan informasi keuangan yang terstandar, serta pengaruh dari informasi yang disajikan terhadap kejadian ekonomi (economic events).

Efendi, Mulig, dan Smith (2006) menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan topik penelitian antara akuntansi keuangan dengan sistem informasi. Di lingkup jurnal akademis, terjadi peningkatan pemuatan artikel dengan topik akuntansi keuangan, namun hanya sedikit artikel sistem informasi akuntansi (SIA) yang dimuat. Di lingkup jurnal profesi, justru sebaliknya. Peningkatan jumlah artikel SIA yang dimuat terjadi di lingkup jurnal profesi. Kelangsungan profesi staf pengajar di bidang SIA dapat terancam. Mereka menyebutkan pula bahwa jurnal terkenal dan terspesialisasi di bidang SIA dan teknologi informasi adalah Journal of Information Systems (JIS), Journal of Emerging Technologies in Accounting (JETA) – yang keduanya merupakan terbitan American Accounting Association (AAA), dan International Journal of Accounting Information Systems.

Indra Wijaya Kusuma (2003), mengklasifikasikan penelitian akuntansi keperilakuan ke dalam 5 (lima) kelompok schools (dasar aliran), yaitu : (1) Pengendalian manajerial, (2) Pemrosesan informasi akuntansi, (3)Perancangan SIA, (4) Pengauditan, dan (5) Sosiologi organisasional. Isu di bidang Pemrosesan Sistem Informasi Akuntasi adalah isu yang terkait dengan bagaimana pengguna (user) memproses informasi. Tema utamanya, biasanya adalah bagaimana pengguna melihat peran pengungkapan akuntansi dan informasi akuntansi. Isu Perancangan SIA adalah mengenai perilaku dalam merancang sistem informasi suatu organisasi. Isu ini agak kabur dan samar dengan isu mengenai pemrosesan informasi akuntansi. Dua topik utama dalam isu ini adalah mengenai rancangan laporan dan pemilihan kebijakan akuntansi.

Sofyan (2002) menjelaskan bahwa ruang lingkup penelitian akuntansi dapat dikelompokkan menjadi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, pasar uang dan modal, auditing, pajak, sistem informasi akuntansi, trend baru akuntansi, serta topik lainnya.

Trend penelitian normatif akuntansi keuangan yang booming di jamannya Ball and Brown tahun 1968, mungkin yang menyebabkan akuntansi identik dengan akuntansi keuangan. Kini, topik penelitian akuntansi tidak terbatas pada akuntansi keuangan. Mudah2an saja topik-topik penelitian akuntansi selain akuntansi keuangan terus dapat eksis supaya ilmu akuntansi tetap berkembang

berbagi ahh biar seruuu

TANGGAL 29 may 2010.. hohooo god please help me i'm verry nervous..duhh ternyata memang tidak mudah yahh berdiri di depan kelas menyampaikan materi,,wowww jadi dosen seharii hahhaaa ga deh ga nyampe sehari boro cuma 20 menit heheee..makasihh pa edi sutarto yang sudah mempercayai saya mewakili temen-temen 3eb05..

Selasa, 27 April 2010

tahukah siapa pembuat TIMES NEW ROMAN ??

NICE INFO LOH MENURUT KASKUS.com !


MENYEBUT Times New Roman, tentu banyak orang yang tahu. Jenis huruf ini digunakan sebagai standar huruf dalam dunia pengetikan. Keberadaannya dikenal luas oleh orang dari berbagai kalangan profesi. Namun, seberapa banyak di antara kita yang mengetahui sejarah penciptaan huruf jenis Times New Roman ini?

Huruf ini dirancang oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama Stanley Morrison. Ia lahir pada tanggal 6 Mei 1889 di Wanstead, Inggris. Stanley tumbuh sebagai figur yang tidak memiliki pengetahuan tentang percetakan, namun di kemudian hari ia menempati banyak posisi penting di dunia tersebut. Pengetahuannya yang banyak dalam hal tipografi didapatkan sejak menjadi anggota percetakan The Pelican Press.

Huruf bernama Times ini dengan cepat menjadi sangat populer pada masa itu, banyak digunakan di koran, majalah, maupun buku lapor*an tahunan perusahaan. Huruf ini didaftarkan lisensinya ke The Monotype Corporation di Inggris, namun juga didaftarkan ke perusahaan lisensi Linotype di Amerika, karena koran The Times banyak mendaftarkan lisensi dari produk-produknya ke Linotype. Akhirnya, pada tahun 1945, The American Linotype Company mendaftarkan nama dagang ”Times Roman” secara terpisah, bukan sebagai bagian dari The Times ataupun Monotype. Di sinilah terjadi perbedaan nama untuk penggunaan huruf ini dalam komputer. Linotype dan perusahaan-perusahaan di bawah lisensinya seperti Adobe dan Apple Macintosh menggunakan nama ”Times Roman”, sedangkan Monotype dengan perusahaan-perusahaan di bawah lisensinya seperti Microsoft meng*gunakan nama “Times New Roman”.

Pada era ’80-an, Monotype mendesain ulang Times New Roman dan mengklaim bahwa huruf yang di desain ulang ini lebih baik daripada Times Roman yang dimiliki Linotype. Karena tidak mau kalah, pada periode waktu yang berdekatan, Adobe-Linotype juga meluncurkan seri baru dari huruf Times, yang tentu saja mereka mengklaim huruf yang baru juga lebih baik dibanding huruf milik Monotype. Pada kenyataannya, sebagian atau mungkin seluruh pengguna huruf ini tak akan menyadari atau bahkan tak akan mempermasalahkan perbedaan di antara keduanya walaupun huruf-huruf tersebut dicetak sangat jelas dengan ukuran 10 pt dalam resolusi tinggi 300 dpi.
Lepas dari berbagai pertentangan di atas, terbukti bahwa Stanley Morrison telah berhasil menciptakan huruf yang baik dengan ciri khasnya tersendiri sehingga jenis huruf ini terus dikenang dan digunakan oleh banyak kalangan hingga saat ini. Ia meninggal pada 11 Oktober 1967 di London, Inggris.



Kecintaannya pada Tuhan membuatnya banyak membaca buku-buku religius, bahkan karya tipografinya yang pertama juga ditujukan untuk gereja. Setelah keluar dari The Pelican Press, ia bekerja untuk Cloister Press di Manchester. Banyak desain-desain terbaiknya dihasilkan saat ia bekerja di perusahaan ini. Lagi-lagi, karyanya banyak mencerminkan latar belakang gereja katolik, hal ini terlihat pada ilustrasi dan berbagai macam dekorasi yang ia gunakan. Karena ia sangat membenci perang, gerakan antiperangnya membuat ia sempat dipenjara selama empat tahun (1914-1918).

Selama kurang lebih 30 tahun (1929-1960) Stanley Morrison menjadi konsultan huruf untuk koran The Times di London, Inggris. Sebagai konsultan huruf, pada tahun 1931 ia mengatakan pada Times, ”The Times merupakan koran yang telah memiliki pelanggannya sendiri, kita memerlukan sebuah huruf yang tidak sama dengan barang dagangan pada umumnya, huruf itu harus baik pada dasarnya, namun juga mencerminkan kekuatan dari garis, konsistensi, dan ekonomis bagi The Times”.

Karena kata-katanya itulah, 3 Oktober 1932 menjadi hari pemasaran jenis huruf “Times” ke khalayak ramai, karena pada hari itu untuk pertama kalinya koran The Times dicetak dengan menggunakan jenis huruf yang dinamai seperti koran itu sendiri. Stanley Morisson bukan satu-satunya orang yang berada di balik layar kesuksesan huruf tersebut. Ia juga dibantu temannya bernama Victor Lardent sebagai orang yang menggambar rancangan huruf ini.

serem deh ih

gw buka web di tv one mobile gw baca mengenai HUJAN METEOR LYRID
KATANYA berhasil terekam kamera LAPAN loh...

jakarta, (tvOne)

Hujan meteor Lyrids yang puncaknya diperkirakan Kamis (22/4) dini hari hingga malam terekam kamera meteor (kamera medan luas) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Hujan meteor terdeteksi pada Kamis pukul 03:49 WIB hingga 05:10 WIB dari Stasiun Pengamat Dirgantara Sumedang. Ada empat yang tampak seperti goresan cahaya teridentifikasi," kata Pakar Astronomi LAPAN Prof Dr Thomas Djamaluddin melalui telepon hari ini.

Hujan meteor, lanjut Djamal, merupakan debu sisa komet di antariksa yang berpapasan dengan bumi dan memasuki atmosfer, bergesekan sehingga terbakar dan terlihat seperti goresan cahaya di malam hari. "Saat orbit komet berpotongan dengan orbit Bumi dan di orbit komet tersebut terdapat sisa-sisa serpihan komet, kita akan dapat melihatnya sebagai hujan meteor," katanya.

Papasan bumi dengan serpihan yang ditinggalkan oleh Komet Thatcer (C/1861 G1) yang mengorbit Matahari selama 415 tahun dikenal dengan nama Hujan Meteor Lyrid. Tidak seperti meteor yang berbentuk batuan, hujan meteor, ujarnya, tidak berbahaya karena sangat halus dan umumnya habis terbakar di atmosfer, dan hanya terlihat dalam hitungan 1-2 detik lalu menghilang.

Hujan meteor, lanjut dia, lebih sering menjatuhi bumi dibanding meteor, di mana dalam setahun bisa beberapa kali terjadi. Hujan meteor Lyrid kali ini sudah terjadi sejak 16 April dan diperkirakan baru selesai pada 26 April, tetapi kerapatannya tak sama, ujarnya.

"Pada 16-20 April hanya terlihat 1-2 debu meteor dalam setiap jam, namun ketika bumi masuk ke inti jalur debu meteor pada sekitar 22 April yakni rentang Kamis dan Jumat, ada belasan debu per jam," katanya.

"Pengamatan puncak hujan meteor juga akan diadakan di kantor LAPAN Bandung Jumat malam," katanya.

Hujan Meteor Lyrid ada di langit sebelah timur laut di rasi Lyra di atas bintang terang bernama Vega. Selain Lyrid, juga ada hujan meteor bernama Leonit, Perseid, Draconid atau Iorionid dan lain-lain. (Ant)


hohoohhoo serem juga yahhh jadi penasaran pengen liat langsung dengan mata kepala sendiri dehhh

Jumat, 23 April 2010

soft skill Siapa Kaya siapa MIskin?

artikel Mengenai siapa kaya saya miskin yang ditulis oleh ARVAN PRADIANSYAH membuat saya tergugah, berikut isi artikel belia :

Seorang yang bijak memasang sebuah pengumuman di atas tanah kosong dekat rumahnya.. " Tanah ini akan deberikan kepada siapa saja yang elah menjadi orang kaya dalam arti yang sesungguhnya "
suatu saat seorang petani kaya lewat di tempat itu, membaca pengumuman dan berkata pada diri sendiri. "karena kawan saya siorang bijak itu telah siap melepaskan sebidang tanah, mungkin baik kalau saya memintanya sebelum didahului orang lain. Saya orang kaya yang mempunyai segala sesuatu yang saya butuhkan " jawab Petani.
Kawan, lanjut si orang bjak anda sesungguhnya adalah orang yang miskin karena senantiasa merasa kekurangan. Coba pikirkan baik baik.Kalau anda benar-benar sudah kaya, Mengapa anda masih menginginkan tanah itu ?

Dari hal ini siapakah yang kaya sesungguhnya menurut anda??

BAnyak orang yang mendefinisikan kaya dan miskin semata mata hanya dari segi fisik. Dari sudut pandang ini kekayaan dipandang dengan banyaknya harta yang ita miliki. Dan suatu ketika mereka pun akan berpisah dari kita ketika kita meninggal dunia kita meninggalkan semua hrta kita, bahkanyang belum sempat kita nikmati.

Ketika meninggal duniA KITA hanya membawa selmbar kain yang mengikat kita. Karena it dari segi pandangan fisik kita akan menjadi sesorang yang semiskin-miskinya. ini seungguh akan mebuka mata kita bahkan segala upaya yang kita lakukan untuk mengumplkan harta sesungguhnya pekerjaan yang sia-sia. inilah keterbatasan fisik dan karena manusia sejatinya adalah makhluk spiritual maka orang kaya dalam arti sebenarnya cara spiritual. orang yang seperti ini membawa kekayaan kemana pun ia pergi.

orang kaya adalam selalu merasa cukup. ia tidak terobsesi memenuhi kebutuhan nya hanya memiliki barang-barang yang ia butuhkan, hanya seperlunya saja.

orang kaya adalah orang yans sederhana dan tak perlu menumpuk=numpuk barang

Menurut Socrates ciri orang kaya adalah orang yang memiliki tetapi tidak dimiliki. ketika kit memiliki sesuatu maka kitalah yang mnjadi tuan sedangkan barang yang menjadi budak kita. dengan demikian kita dapat menggunakan barang tersebut sesuai kebutuhan.

Sebaliknya orang yang miskin adalah orang yang senantiasa ketakutan. MEreka adalah sesorang yang selau was-was dan khawatir takut miskin, takut lapar, takut diabaikan orang, takut kalah, takut ketahuan. karena itu mereka menghabiskan begitu banyak energi untuk melindungi diri sendiri kalau begitu mana adaa lagi energi yang tersisa dan bisa dibagikan kepada orang lain

jangan takut

bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridhonya.

Bersabarlah dengan keistiqomahan, Demi Allah, dia tidak akan datang karena kecantikan, kepintaran, kekayaan,

tapi allah yangmenggerakan,

jaganlah tergesa " untuk mengespresikan cinta kepada dia, sebelum allah mengijinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu

siapakah yang lebih mengetahui melainkan allah ?
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat "allah akan menjawabnya dengan lebih indah disaat yang tepat

abstraksi

ABSTRAKSI
Irma Mutiarani.21207272
STUDI KELAYAKAN USAHA UNTUK PENGEMBANGAN WARUNG INTERNET CV.ONLINE.
PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2007
Kata kunci : Studi Kelayakan Usaha, Pengembangan Warung Internet.

( ix + 28 )

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya proyek dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.Dalam menjalankan proyek pada umumnya menggunakan metode - metode penilaian investasi di antaranya adalah metode payback periode metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali dengan satuan hasilnya waktu. Metode NPV adalah metode yang menghitung selisih nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang lebih besar dari nilai sekarang investasi. Metode IRR dapat di identifikasikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari pendapatan bersih yang di harapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Metode MIRR adalah discount rate yang menyebabkan present value pengeluaran kas sama dengan nilai akhir kas yang akan terjadi yang dihasilkan oleh suatu proyek investasi.
Dari keempat metode tersebut, menunjukan bahwa usulan investasi di dirikannya cabang Warung Internet CV. ONLNE ini dapat “ diterima “


DAFTAR PUSTAKA (2005-2007)

Rabu, 31 Maret 2010

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini beberapa variabel yang dikaji adalah variabel predior satu (X1): motivasi kerja, Variabel preditor (X2): kepuasan kerja dan variael kriterium (Y):sters kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah laryawan PT.X yang berolakasi dijakarta . pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data yang sudah diuji validitasnya dengan menggunakan teknik try out terpakai. data yang akan diolah dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode kuisoner yang berbentuk kuisoner motivasi kerja, kuisoner kepuasan kerja san kuisoner stres kerja. kuisoner motivasi kerja dibangun berdasarkan faktor-faktor motivator dari HERZBERG. Kuisoner kepuasan kerja dibangun berdasarkan konstruk dimensi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh siagian (1996) sedangkan kuisoner sterss disusun berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkan sterss kerja . ketiga kuisoner itu menggunakan skala model likert. uji validitas dan uji reabilitas alat pengumpul data diolah dengan menggunakan SPSS versi 13 for windows. pengujian hipotesis ini dilakukan setelah data penelitian skor dari alat ukur yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, p & suyati.2001.Psikologi kerja.PT. Rineka cipta : Jakarta

Azwar,s.2002. Tes prestasi.Pustaka Pelajar :yogyakarta

Dharma,A.1992.Manajemen prestasi kerja.C.V. Ra jawali : jakarta

Gibson, J.L. 1996. Organisasi : prilaku Struktur,proses,Erlangga : Jakarta

AS'as,M.1991. Psikologi Industry.Liberty :Yogyakarta

Hasibuan , M.S.P.1994.Manajeen :dasar, pengertian,dan masalah, Bumi Aksara : Jakarta

Dessler,G.1997.Manajemen Personalia.Erlangga :Jakarta

Minggu, 28 Maret 2010

peran motivasi kerja dan kepuasaan kerja dalam menurunkan stres kerja

pendahuluan

perkembangan perekonomian yang pesat di indonesia menyebabkan persaingan makin tajam banyak badan usaha mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. perusahaan dituntut agar mempertahankan produktifitas efisiensi kualitas perusahaan mempunyai tuntutan yang besar terhadap karyawan nya. manusia mempunyai macam -macam kebutuhan baik material maupun spiritual sehingga untuk memenuhinya manusia harus bekerja.
faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap kemajuan perusahaan ialah faktor dimana tenaga kerja yang baik dan memiliki potensi.Begitu besar peran kerja/karyawan dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan.maka sering kali karyawan sering disebut sebagai aset utama perusahaan. akan tetapi untuk mengerakan atau memotivasi karyawan bukan hal mudah, mengingat karyawan yang ada diperusahaan mempunyai keinginan yang berbeda satu dengan yang lainnya yang kemudian menimbulkan masalah serta tantangan untuk menggerakan karawan tersebut. seesorang yang bekerja pada suatu perusahaan tak terlepas dari perhitungan-perhitungan pribadi yang diperolehnya, mereka mengharapkan perusahaan tempat mereka bekerja pada suatu perusahaan tidak terlepas dari kebutuhan baik materiil seperti upah tunjangan maupun non materiil seperti pengakuan terhadap pekerjanya.untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan berbagai cara untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan dengan memperhatika unsur-unsur manajemen yang terdiri dari unsur manusia, metode kerja, materiil atau bahan-bahan , mesin-mesin pasar dan uang. dari semua unsur tersebut manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur pertama dari perusahaan karena manusia yang menggerakan unsur lainnya. oleh karenanya manusia memiliki perasaan dan pikiran perlu mendapatkan perhatian yang mendalam dari perusahaan.sumber daya manusia merupakan salah satu unsur vital yang menjadi modal utama dalam perusahaan yang dapt dikembangkan secara maksimal. motivasi merupakan proses mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan. pada hakikatnya motivasi memberikan suatu insentif yang bias menarik keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan motivasi kerja salah satunya adalah adanya pemberian imbalan dan insetif yang sesuai menurut hasibuan orang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi adalah orang yang bertanggung jawab , keinginan untuk berprestasi , keinginan untuk mengembangkan diri, suka bekerja keras , cenderung bekerja sendiri dan suka pekerjaan yang menantang. penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi kerja dan kepuasan kerja memiliki peranan dalam menurunkan stres kerja.penelitian ini diharapkan memberikan masukan.



landasan teori :
motivasi kerja


siswanto (1987) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental sesorang untuk memberikan energi, mendorong kegiatan dan mengarahkan serta menyalurkan perilaku kearah tercapainya kebutuhan yang memberi kepuasaan atau mengurangi ketidakseimnbangan . Dengan kata lain motivasi adalah sesuatu yang dapat memberi dorongan atau daya penggerak yang dapt meningkatkan gairah kerja seseorang agar bekerja lebih efektif dan terintegerasi dengan segala upaya kearah dan tercapainya suatu tujuan tertentu/untuk mencapai suatu keputusan. motivasi juga merupakan salah satu dari faktor yang dapat menentukan prestasi kerja karyawan. Motivasi kerja dapat berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang untuk menggabungkan dirinya dengan organisasi agar berperan dengan baik .

teori-teori kepuasaan kerja

1. teori pertentangan
2.teori keaidlan
3.teori pemenuhan kebutuhan
4.teori kaitan imbalan dengan prestasi

faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dikelompokan menjadi 2 faktor utama diantaranya faktor internal karyawan dan eksternal karyawan. faktor internal karyawan meliputi capaian, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, kemajuan dan aministrasi san kebijakan perusahaan , gaji, hubungan antar pribadi dan kondisi kerja.jika sesorang karyawan memiliki motivasi dan kepuasan kerja yang tinggi maka stres kerja yang dimiliki cenderung rendah dan sebaliknya, hal ini tentu menarik untuk dipelajari serta lebih jauh karena dengan motivasi dan kepuasaan kerja yang tinggi maka pekerjaan dengan resiko stress kerja yang besar pun akan lebih mudah dijalani dalam prakteknya

PERAN MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAAN KERJA DALAM MENURUNKAN STRES DAN KERJA

NAMA PENULIS : SULASTRI DAN SANGSANG SANGABAKTI
WAKTU PENERBITAN : 15 MARET 2010
NAMA MAJALAH : UG JURNAL
LEMBAGA PENERBIT : UNIVERSITAS GUNADARMA
VOLUME DAN NOMOR MAJALAH: 4 NO 01 TAHUN 2010

Kamis, 18 Maret 2010

audit pemasaran

Oleh : M. Tri Agustiyadi, S.Komp, MM

Jika kita mengingat kata McDonald, mungkin yang muncul pertama kali di kepala kita adalah makanan siap saji atau fast food. Apakah kita pernah memikirkan bagaimana McDonald menggunakan uangnya untuk meningkatkan awareness kita lebih jauh? Tidak kurang dari $1 Milyar biaya pemasaran yang telah dikeluarkan oleh McDonald untuk mendapatkan imbalan yang sepatutnya dari kita atas apa yang telah dilakukannya, seprti pelayanannya, hal-hal menyenangkan yang disediakan, suasana tempatnya, kebersihannya maupun model mutakhir mainannya. Namun ternyata apa yang diinvestasikan oleh McDonald belum sebanding dengan apa yang diharapkan (Return). Hal tersebut belum cukup untuk membuat masyarakat lebih aware karena awareness atau kesadaran tidak selalu sama dengan action.

Topik ROI (Return on Investment) akhir-akhir ini bukan saja menjadi perbincangan unit keuangan, tetapi sudah menjadi perbincangan yang hangat di kalangan marketing / pemasar, bagaimana menggunakan dana pemasaran dengan seefisien dan seefektif mungkin untuk mendapatkan penjualan yang diinginkan. ROI Pemasaran menjadi sangat penting karena pengeluaran pemasaran akan sangat menentukan akuntabilitas pemasaran.

Banyak pengeluaran pemasaran sering kali dirasionalisasi berdasarkan dalil yang samar seperti untuk membangun awareness dan brand value laten yang berjangka waktu panjang. Padahal faktanya adalah brand awareness tidak selalu harus diwujudkan dalam suatu keputusan pembelian, sehingga tidak dapat dipastikan suatu perubahan persentase spesifik pada revenue (pendapatan).


ROI Pemasaran

Dengan semakin mahalnya harga media, perusahaan menjadi semakin kritis mengutak-utik budget pemasarannya. Unit keuangan perusahaan makin tajam mengupas penting tidaknya berbagai aktifitas pemasaran. Pertanyaan demi pertanyaan muncul: Apakah benar kita perlu sejumlah besar budget untuk mencapai sasaran pemasaran? Apakah tidak mungkin hasil dicapai bila budgetnya diturunkan? Apa sih sebenarnya yang dihasilkan dengan pengeluaran yang begitu tinggi? Dan seterusnya, pertanyaan seputar efektifitas dan efisiensi pemasaran makin panjang daftarnya.

Sebelum berhitung tentang ROI, perusahaan punya PR yang harus diselesaikannya terlebih dahulu, seperti mengecek kembali dokumen Marketing Plan. Sudahkah mengikuti kaidah pembuatan strategi yang baik? Setelah itu, periksa kembali bagaimana implementasi dari rencana tersebut. Jangan-jangan hanya bagus diatas kertas, tetapi hanya 20% nya saja yang mampu dilaksanakan. Strategy Implementation merupakan suatu aspek penting yang jika tidak dijaga, bisa menjadi kendala. Yang tidak kalah kritikal adalah menelusuri lagi, apakah sudah ditetapkan Key Performance Index (KPI) jauh sebelum kampanye pemasaran dimulai.

Sebelum terlalu jauh menghitung ROI pemasaran, secara internal harus dilihat lagi secara menyeluruh aspek strategi pemasarannya. Apakah customer value sudah teridentifikasi dengan baik dan diterjemahkan dalam positioning yang tepat? Bagaimana proses pemilihan target audiencenya? Bagaimana bentuk kreatifitas dalam materi komunikasi yang disiapkannya? Apakah kombinasi dari pemilihan media dan kegiatan pemasaran lainnya sudah didisain dan dipilih berdasarkan tujuan komunikasi dan status brand?

Menghitung ROI pemasaran sangat terkait dengan kepiawaian organisasi dalam menyusun rencana pemasaran. Buat apa susah-susah menghitung ROI jika secara kasat mata saja sudah tampak bahwa pesan komunikasinya tidak jelas? Buat apa menghitung ROI jika media yang dipilih untuk membawa pesan sudah jelas-jelas bukan media yang cocok?

Banyak perusahaan yang secara gampang mengaitkan keberhasilan pemasaran dengan pencapaian penjualan. Padahal, tidak semua aktifitas pemasaran didesain untuk kepentingan peningkatan penjualan. Pada beberapa kegiatan, tujuan kampanye pemasaran hanya murni untuk awareness atau image building. Sedang pada kegiatan lainnya, mungkin lebih menitik beratkan pada loyalitas, bukan penjualan semata.

Dalam sebuah kampanye pemasaran, sejak awal tujuan komunikasi harus jelas, kongkrit dan mampu terukur. Terukur tidak selalu berarti terukur secara kuantitatif atau mutlak dengan angka-angka.


Audit Pemasaran

Setelah memperhatikan penyusunan rencana pemasaran, hal terpentig yang harus diperhatikan adalah audit pemasaran. Audit pemasaran merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap segenap program pemasaran pada suatu perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif, sistematis, independen, dan berkala dengan memberikan pendekatan yang terstruktur terhadap pengumpulan dan analisis data/informasi pada lingkungan bisnis yang kompleks dan selanjutnya dapat ditindak lanjuti dengan melakukan langkah-langkah korektif sehingga efektifitas program-program pemasaran dapat tercapai.

Kasus O’Brien Candy Company –perusahaan kembang gula di Amerika Tengah-- dapat dijadikan pelajaran betapa pentingnya pelaksanaan audit pemasaran. Perusahaan tersebut pernah menghadapi persoalan penurunan tingkat penjualan dan keuntungan. Diduga penyebabnya adalah tenaga penjual yang dianggap tidak bekerja keras dan kurang terampil. Top Management lalu memperkenalkan suatu sistem perangsang konpensasi baru dan mempekerjakan pelatih tenaga penjualan untuk mendidik para pegawai penjualan dalam bidang perniagaan dan teknik-teknik penjualan moderen.

Sebelum melakukan hal tersebut, mereka memutuskan untuk mempekerjakan konsultan pemasaran untuk melakukan audit pemasaran. Ternyata dengan meningkatkan kemampuan tenaga penjualan saja masalah tidak terpecahkan, karena permasalahan yang sesungguhnya adalah bersifat mendasar, yaitu (a) Tujuan-tujuan pemasaran perusahaan tidak jelas dan tidak realistis, (b) Strategi perusahaan tidak memperhitungkan perubahan pola penyaluran atau menyelenggarakan perubahan pasar yang cepat, (c) Perusahaan lebih dijalankan oleh organisasi penjualan daripada oleh organisasi pemasaran, (d) Jajaran produk perusahaan berada dalam keseimbangan yang mengkhawatirkan. Dua macam produk yang menonjol menanggung 75% dari seluruh penjualan dan tidak memiliki potensi untuk berkembang, (e) Serangkaian variabel pemasaran (marketing mix) perusahaan tidak seimbang dan terlalu banyak menghabiskan dana untuk tenaga penjualan tapi tidak cukup untuk bagian pengiklanan, (f) Perusahaan tidak memiliki prosedur pengembangan produk baru secara berhasil, (g) Usaha penjualan tidak terarah pada perhitungan yang menguntungkan.

Setelah melaksanakan audit pemasaran, akar permasalahan perusahaan baru dapat ditangkap secara utuh. Kasus tersebut menunjukkan betapa pentingnya audit pemasaran untuk mengetahui permasalahan pemasaran yang sesungguhnya dihadapi perusahaan. Tanpa melakukan audit pemasaran maka persoalan perusahaaan O’Brien tak kunjung terpecahkan karena upaya manajemen untuk membasmi ‘penyakit’ dilakukan dengan ‘obat’ yang tidak tepat.

Audit pemasaran tidak hanya memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan yang sedang dirundung persoalan. Dalam situasi normal, berbagai industri dapat melaksananakan audit pemasaran dan menindaklanjutinya dengan baik. Dampaknya adalah perusahaan mampu memperkecil kesenjangan negatif antara lingkungan bisnis dengan strategi, taktik, dan kapasitas internal perusahaan sehingga memiliki tingkat return on investment (ROI) yang jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memperhatikan audit pemasaran sebagaimana mestinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan kesenjangan negatif besar mempunyai ROI lebih kurang setengah dari perusahaan dengan kesenjangan negatif kecil. Tidak mengherankan bila sejumlah perusahaan terkemuka di manca negara telah memahami arti penting dan mengimplementasikan audit pemasaran sehingga kontrol strategi perusahaan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan pemasaran yang telah ditetapkan. Di samping itu, program pemasaran dapat berjalan secara lebih efektif yang pada gilirannya kinerja pemasaran dapat terus ditingkatkan.

Dengan ungkapan lain dapat dikatakan bahwa pelaksanaan audit pemasaran akan memastikan strategic control mechanism perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pencapaian tujuan, siasat, dan sistem pemasaran dapat disesuaikan secara optimal dengan lingkungan pemasaran sebagai strategic control dan sekaligus merupakan alat penilai keberhasilan pemasaran (marketing effectiveness rating instrument) yang akan menggambarkan keberhasilan pemasaran secara menyeluruh.

Manfaatnya lain dari audit pemasaran adalah (a) Memberikan evaluasi yang independen dan tidak bias terhadap program-program pemasaran, termasuk strategi, penawaran, dan kreatifitas suatu perusahaan, (b) Dapat mengidentifikasi area-area yang dibutuhkan dalam meningkatkan dan menghasilkan saran-saran dan ide-ide yang spesifik serta cara memperbaiki, (c) Identifikasi tersebut termasuk beberapa cara (several ways) untuk memperbaiki respon pemasaran, (d) Memberikan ide-ide baru yang segar, teknik-teknik, dan new direction pada masa datang, (e) Membantu perusahaan secara periodik dalam menganalisis upaya pemasaran, meng-create serta merevisi pendekatan pemasaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Kita juga dapat mengacu kepada Brownlie yang mengutip sejumlah pakar seperti Phillip Kotler dan Aubrey Wilson yang menjelaskan bahwa audit pemasaran bermanfaat untuk (a) To judge an organization’s overall commitment to a marketing orientations, (b) To measure the extend to which marketing objectives have been achieved, (c) To indicate whether the route chosen (marketing strategy) was the most effective and profitable, (d) To indicate whether particular marketing activities are better intensified, adjusted or dproped.

Tidak berlebihan jika Hermawan Kartajaya menyatakan bahwa audit pemasaran adalah merupakan aktifitas vital yang sangat menentukan kesuksesan suatu perusahaan. Sementara Malcom McDonald berpendapat bahwa dalam iklim pasar yang semakin kompetitif saat ini, keberhasilan di masa depan datang dari perencanaan pemasaran yang cermat dan pelaksanaan audit pemasaran sangat menentukan keberhasilan implementasi perencanaan pemasaran tersebut.

Sejumlah penelitian dan fakta empiris juga mununjukkan bahwa audit pemasaran yang baik dan benar mampu memberi manfaat besar bagi perusahaan dalam meningkatkan efektifitas dan kinerja pemasaran. Sudah saatnya segenap organisasi bisnis mulai melirik, mempelajari, mendalami, dan melaksanakan audit pemasaran dengan baik dan benar sehingga perusahaan dapat memetik manfaat dan mampu meningkatkan efektifitas pemasaran yang pada gilirannnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan dan menjadi kunci sukses bisnis di era milenium baru.

Sumber : dari buku Precision Marketing, Jeff Zabin & Gresh Brebach, 2006 dan beberapa sumber
lainnya

kesimpulan
Sebelum terlalu jauh menghitung ROI pemasaran, secara internal harus dilihat lagi secara menyeluruh aspek strategi pemasarannya.Menghitung ROI pemasaran sangat terkait dengan kepiawaian organisasi dalam menyusun rencana pemasaran. Buat apa susah-susah menghitung ROI jika secara kasat mata saja sudah tampak bahwa pesan komunikasinya tidak jelas? Buat apa menghitung ROI jika media yang dipilih untuk membawa pesan sudah jelas-jelas bukan media yang cocok?
Kasus tersebut menunjukkan betapa pentingnya audit pemasaran untuk mengetahui permasalahan pemasaran yang sesungguhnya dihadapi perusahaan. Tanpa melakukan audit pemasaran maka persoalan perusahaaan O’Brien tak kunjung terpecahkan karena upaya manajemen untuk membasmi ‘penyakit’ dilakukan dengan ‘obat’ yang tidak tepat

audit gcg

EVALUASI PENERAPAN GCG MELALUI SELF ASSESMENT AUDIT
(Artikel ini telah dimuat di Majalah Krakatau Steel Group /KSG, Edisi 39 Tahun 4/2009 pada Rubrik “Ragam”, Hlm 29)

Oleh : Muh. Arief Effendi *)
Senior Auditor Operasional – SPI PT. KS

Akhir-akhir ini berbagai perusahaan, baik swasta, BUMN, multinasional maupun perusahaan publik telah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dilingkungan perusahaan masing-masing. Namun masih sedikit yang telah melakukan evaluasi secara berkala, untuk mngetahui efektivitas penerapan GCG tersebut. Untuk mengetahui apakah unit-unit kerja di suatu perusahaan, telah menerapkan prinsip-prinsip GCG secara efektif dan efisien, maka perlu dilakukan audit penilaian secara mandiri (self assessment audit) yang sistematis dan terukur, sehingga dapat diketahui unit–unit kerja mana saja yang belum dan yang telah melaksanakan GCG secara sungguh-sungguh. Pelaksanaan self assessment audit dapat dkordinir oleh Tim / Komite/ Divisi GCG yang merupakan bagian / unit kerja dari organisasi perusahaan.
Terdapat beberapa instrumen penilaian yang biasa digunakan, yaitu dalam bentuk kuesioner (questionare). Kuesioner ini dipilih sebagai salah satu alat ukur (measurement tool) untuk dapat diterapkan di lingkungan perusahaan. Penerapan GCG secara baik dan konsisten di masing-masing unit kerja dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang penerapan GCG dalam lingkup perusahaan (korporat). Kuesioner ini dapat diisi sendiri oleh unit kerja dan selanjutnya unit kerja memberikan penilaian atau skor secara obyektif terhadap jawabannya.
Pejabat/pimpinan unit pada prinsipnya dapat melakukan self assessment setiap saat untuk mengevaluasi pelaksanaan GCG di unit/lingkungan kerjanya masing-masing, namun mengingat keterbatasan yang ada, maka pejabat/pimpinan unit agar dapat melakukan self assesment sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali. Tim /Divisi GCG bertindak sebagai Komite Pemantauan dan Evaluasi Penerapan GCG paling tidak melakukan evaluasi/penilaian terhadap suatu unit kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun. Hal ini dapat berfungsi sebagai persiapan sebelum dilakukan audit GCG oleh pihak luar dalam rangka penilaian Corporate Governance Perception Index (CGPI).
Dalam melakukan evaluasi/penilaian terhadap suatu unit kerja, Komite Pemantauan dan Evaluasi Penerapan GCG dapat melakukan interview terhadap para responden yang terdiri dari pejabat/pimpinan unit kerja dan/atau rekan setingkat, bawahan/karyawan serta atasan dari pejabat/pimpinan unit kerja yang bertalian. Kuesioner ini dibuat sebagai alat penilaian mandiri (self assessment) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan prinsip dan nilai-nilai GCG di lingkungan perusahaan. Bagi pejabat/pimpinan unit Pengujian Mandiri ini berfungsi sebagai alat ukur sejauh mana prinsip-prinsip Good Corporate Governance telah dilaksanakan di unit/lingkungan kerjanya.
Sedangkan bagi Badan atau Komite Pemantauan dan Evaluasi Penerapan GCG self assessment ini berfungsi sebagai alat evaluasi/penilaian fungsi/unit kerja Perusahaan yang penerapan GCG sedang dievaluasi.

Hasil pengisian kuesioner ini hendaknya dapat ditanggapi secara hati-hati oleh berbagai pihak., mengingat terdapat beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, GCG bukan hanya suatu pertanyaan apakah unit kerja telah memiliki proses yang tepat, tetapi juga untuk menentukan apakah proses-proses yang dipersyaratkan tersebut telah dijalankan secara efektif dan efisien untuk mewujudkan GCG. Kedua, karena terdapat kesulitan membuat pertanyaan sesuai dengan spesifikasi masing-masing unit kerja, maka kuesioner ini hanya dibuat dalam bentuk global dan merupakan kerangka besar penerapan GCG di unit-unit kerja secara umum. Oleh karena itu, kuesioner ini sebaiknya dibuat tidak terlampau detail untuk unit-unit kerja tertentu. Secara umum self assessment audit, terutama masalah penilaian dalam mengevaluasi kuesioner yang telah diisi sangat tergantung pada pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience) dan objektivitas pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengisi kuesioner ini. Semoga melalui self assessment audit GCG, perusahaan dapat mengetahui perkembangan penerapan prinsip-prinsip GCG secara berkala dan berkesinambungan, sehingga diharapkan pencapaian skor CGPI dapat meningkat dari tahun ke tahun. Amin.

Senin, 08 Maret 2010

artikel audit SDM

A. PENGERTIAN PERENCANAAN SDM
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:

“Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa:
“Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.

Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.

1. Kepentingan Perencanaan SDM
Ada tiga kepentingan dalam perencanaan sumber daya manusia (SDM), yaitu:
Kepentingan Individu.
Kepentingan Organisasi.
Kepentingan Nasional.
2. Komponen-komponen Perencanaan SDM
Terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan SDM, yaitu:


Tujuan
Perencanaan SDM harus mempunyai tujuan yang berdasarkan kepentingan individu, organisasi dan kepentingan nasional. Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Perencanaan Organisasi
Perencanaan Organisasi merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mengadakan perubahan yang positif bagi perkembangan organisasi. Peramalan SDM dipengaruhi secara drastis oleh tingkat produksi. Tingkat produksi dari perusahaan penyedia (suplier) maupun pesaing dapat juga berpengaruh. Meramalkan SDM, perlu memperhitungkan perubahan teknologi, kondisi permintaan dan penawaran, dan perencanaan karir.
Kesimpulannya, PSDM memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga kerja. Melalui rencana suksesi, jenjang karier tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang konsisten dengan kebutuhan suatu organisasi.

Syarat – syarat perencanaan SDM
Harus mengetahui secara jelas masalah yang akan direncanakannya.
Harus mampu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang SDM.
Harus mempunyai pengalaman luas tentang job analysis, organisasi dan situasi persediaan SDM.
Harus mampu membaca situasi SDM masa kini dan masa mendatang.
Mampu memperkirakan peningkatan SDM dan teknologi masa depan.
Mengetahui secara luas peraturan dan kebijaksanaan perburuhan pemerintah.

3. Proses perencanaan SDM
Strategi SDM adalah alat yang digunakan untuk membantu organisasi untuk mengantisipasi dan mengatur penawaran dan permintaan SDM. Strategi SDM ini memberikan arah secara keseluruhan mengenai bagaimana kegiatan SDM akan dikembangkan dan dikelola.

Pengembangan rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan. Alokasi ini membutuhkan pengetahuan untuk dapat meramal kemungkinan apa yang akan terjadi kelak seperti perluasan, pengurangan pengoperasian, dan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi organisasi tersebut.

Prosedur perencanaan SDM
-Menetapkan secara jelas kualitas dan kuantitas SDM yang dibutuhkan.
-Mengumpulkan data dan informasi tentang SDM.
-Mengelompokkan data dan informasi serta menganalisisnya.
-Menetapkan beberapa alternative.
-Memilih yang terbaik dari alternative yang ada menjadi rencana.
-Menginformasikan rencana kepada para karyawan untuk direalisasikan.
-Metode PSDM ,dikenal atas metode nonilmiah dan metode ilmiah.

Metode nonilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan atas pengalaman, imajinasi, dan perkiraan-perkiraan dari perencanaanya saja. Rencana SDM semacam ini risikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Akibatnya timbul mismanajemen dan pemborosan yang merugikan perusahaan.
Metode ilmiah diartikan bahwa PSDM dilakukan berdasarkan atas hasil analisis dari data, informasi, dan peramalan (forecasting) dari perencananya. Rencana SDM semacam ini risikonya relative kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih dahulu.

4. Pengevaluasian Rencana SDM

Jika perencanaan SDM dilakukan dengan baik, akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Manajemen puncak memiliki pandangan yang lebih baik terhadap dimensi SDM atau terhadap keputusan-keputusan bisnisnya.
Biaya SDM menjadi lebih kecil karena manajemen dapat mengantisipasi ketidakseimbangan sebelum terjadi hal-hal yang dibayangkan sebelumnya yang lebih besar biayanya.
Tersedianya lebih banyak waktu untuk menempatkan yang berbakat karena kebutuhan dapat diantisipasi dan diketahui sebelum jumlah tenaga kerja yang sebenarnya dibutuhkan.
Adanya kesempatan yang lebih baik untuk melibatkan wanita dan golongan minoritas didalam rencana masa yang akan datang.
Pengembangan para manajer dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Kendala-kendala PSDM
1. Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi kendala yang serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
2. Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana. Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.

4. Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.

B. PERAMALAN

Peramalan (forecasting) menggunakan informasi masa lalu dan saat ini untuk mengidentifikasi kondisi masa depan yang diharapkan. Proyeksi untuk masa yang akan datang tentu saja ada unsur ketidaktepatan. Basanya orang yang berpengalaman mampu meramal cukup akurat terhadap benefit organisasi dalam rencana jangka panjang.
Pendekatan-pendekatan untuk meramal SDM dapat dimulai dari perkiraan terbaik dari para manajer sampai pada simulasi komputer yang rumit. Asumsi yang sederhana mungkin cukup untuk jarak tertentu, tetapi jarak yang rumit akan diperlukan untuk yang lain.
Jangka waktu peramalan
Peramalan SDM harus dilakukan melalui tiga tahap: perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang.
Peramalan terhadap kebutuhan SDM (permintaan)
Penekanan utama dari peramalan SDM saat ini adalah meramalkan kebutuhan SDM organisasi atau permintaan kebutuhan akan SDM. Ramalan permintaan dapat berupa penilaian subjektif atau matematis.
Metode meramalkan permintaan, yaitu:

1. Metode penilaian terdiri dari:
a. Estimasi dapat top down atau bottom up, tetapi pada dasarnya yang berkepentingan ditanya “Berapa orang yang akan anda butuhkan tahun depan?”

b. Rules of thumb mempercayakan pedoman umum diterapkan pada situasi khusus dalam organisasi . Contoh; pedoman “one operations managers per five reporting supervisors” membantu dan meramalkan jumlah supervisor yang dibutuhkan dalam suatu divisi. Bagaimanapun, hal ini penting untuk menyesuaikan pedoman untuk mengetahui kebutuhan departemen yang sangat bervariasi.

Teknik Delphi menggunakan input dari kelompok pakar. Opini pakar dicari dengan menggunakan kuesioner terpisah dalam situasi diramalkan. Opini pakar kemudian digabungkan dan dikembalikan kepada para pakar untuk opini tanpa nama yang kedua. Proses ini akana berlangsung beberapa pakar hingga pakar pada umumnya asetuju pada satu penilaian. Sebagai contoh, pendekatan ini telah digunakan untuk meramalakan pengaruh teknologi pada Manajemen SDM dan kebutuhan perekrutan staff.
Teknik kelompok Nominal, tidak seperti Delphi, membutuhkan pakar untuk bertemu secara langsung. Gagasan mereka biasanya timbul secara bebas pada saat pertama kali, didiskusikan sebagai kelompok dan kemudian disusun senagai laporan.

2. Metode Matematika, terdiri dari:
a. Analisis Regresi Statistik membuat perbandingan statistik dari hubungan masa lampau diantara berbagai faktor. Sebagai contoh, hubungan secara statistik antara penjualan kotor dan jumlah karyawan dalam rantai retail mungkin berguna dalam meramalkan sejumlah karyawan yang akan dibutuhkan jika penjualan retail meningkat 30 %.
b. Meode Simulasi merupakan gambaran situasi nyata dalam bentuk abstrak sebagai contoh, model ekonometri meramalkan pertumbuhan dalam pemakaian software akan mengarahkan dalam meramalkan kebutuhan pengembangan software.
c. Rasio Produktivitas menghitung rata-rata jumlah unit yang diproduksi perkaryawan. Rata-rata ini diaplikasikan untuk ramalan penjualan untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan, sebagai contoh, suatu perusahaan dapat meramalkan jumlah penjualan representative menggunakan rasio ini.
d. Rasio jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat digunakan untuk meramalkan tenaga kerja tak langsung. Sebagai contoh, jika perusahaan biasanya menggunakan satu orang klerikal untuk 25 tenaga kerja produksi, yang rasio dapat digunakan untuk membantu estimasi untuk tenaga klerikal.

C. ESTIMASI PERSEDIAAN/SUPPLY SDM INTERNAL DAN EKSTERNAL
Kalau sudah ada proyeksi permintaan HR dimasa yang akan datang, masalah berikutnya adalah bagaimana mengisi kebutuhan tersebut.
Ada dua sumber persediaan SDM : internal dan eksternal. Persediaan/supply internal bisa berasal dari karyawan yang telah ada yang dapat dipromosikan, ditransfer, atau didemosi untuk mengisi lowongan. Supply eksternal berasal dari luar atau mereka yang tidak sedang bekerja di organisasi tersebut dan siap direkrut oleh organisasi/perusahaan.

1. PENILAIAN INTERNAL TERHADAP KETENAGAKERJAAN ORGANISASI
Bagian dari perencanaan sumber daya manusia adalah menganalisis pekerjaan yang perlu dilakukan dan keahlian yang terdapat pada seseorang untuk melakukan suatu tugas. Kebutuhan organisasi harus di bandingkan dengan penyediaan tenaga kerja yang ada.
Tidak hanya sekedar menghitung jumlah karyawan. Harus dilakukan audit tenaga kerja yang sudah ada untuk mengetahui kemampuan pekerja yang ada.
Informasi ini menjadi dasar estimasi tentatif mengenai lowongan-lowongan yang dapat diisi oleh karyawan yang ada.

Penugasan tentatif ini biasanya dicatat di”Replacement Chart”. Chart ini merupakan representasi visual menyangkut SIAPA yang akan menggantikan SIAPA jika terjadi pergantian. Namun karena informasinya yang terbatas maka perlu juga dilengkapi dengan “Replacement Summaries”.

Mempertimbangkan karyawan-karyawan yang sudah ada untuk lowongan di masa yang akan datang adalah penting jika karyawan diproyeksikan memiliki karir yang panjang.
Audit and Replacement Chart juga penting bagi HRD. Dengan pengetahuan akan karyawan yang lebih banyak, HRD dapat merencanakan recruiting, training, dan career planning secara lebih efektif.
Pengetahuan ini juga dapat membantu HRD untuk memenuhi AAP dengan mengidentifikasi calon-calon minoritas interen untuk lowongan-lowongan tertentu.
Berikut adalah pertanyaan yang di berikan selama penilaian internal:

1. Pekerjaan apa yang ada pada saat ini ?
2. Berapa banyak orang yang mengerjakan setiap tugas ?
3. Apa hubungan laporan di antara tugas-tugas tersebut ?
4. Berapa pentingnya masing-masing tugas tersebut ?
5. Pekerjaan manakah yang membutuhkan penerapan strategi organisasi ?
6. Apa saja karakteristik dari pekerjaan yang di harapkan ?

Metode-metode yang digunakan untuk mengestimasi/menilai supply SDM internal yaitu:
1.1. Auditing Pekerjaan dan Keahlian
Tahap permulaan untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang ada didalam suatu perusahaan adalah mengaudit pekerjaan yang sedang dilakukan organisasi pada saat ini. Penilaian internal ini menolong menempatkan kedudukan suatu organisasi dalam mengembangkan atau memantapkan keunggulan kompetitif. Analisis yang komprehensif dari semua pekerjaan saat ini memberikan dasar untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan pada masa yang akan datang.
Audit SDM merupakan tindak lanjut dari realisasi perencanaan-perencanaan yang telah dilakukan.

Kepentingan audit bagi perusahaan
-Untuk mengetahui prestasi karyawan.
-Untuk mengetahui besarnya kompensasi karyawan yang bersangkutan.
-Untuk mengetahui kreativitas dan perilaku karyawan.
-Untuk menetapkan apakah karyawan perlu dimutasi (vertical-horizontal) dan atau diberhentikan.
-Untuk mengetahui apakah karyawan itu dapat bekerja sama dengan karyawan lainya.

Kepentingan audit bagi SDM
Untuk memenuhi kepuasan ego manusia yang selalu ingin diperhatikan dan mendapat nilai/pujian dari hasil kerjanya.
Karyawan ingin mangetahui apakah prestasi kerjanya lebih baik dari pada karyawan lainya.
Untuk kepentingan jasa dan promosinya.
Mengakrabkan hubungan para karyawan dengan pimpinannya

Tujuan audit SDM
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan dan hasil kerja karyawan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Untuk mengetahui apakah semua karyawan dapat menyelesaikan job description-nya dengan baik dan tepat waktu.
Sebagai pedoman menentukan besarnya balas jasa kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pemberian pujian dan atau hukuman kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan mutasi vertical (promosi atau demosi), horizontal, dan atau alih tugas bagi karyawan.
Untuk memotivasi peningkatan semangat kerja, prestasi kerja, dan kedisiplian karyawan.

1.2. Inventarisasi Kemampuan Organisasi
Sumber dasar dari data tenaga kerja adalah data Sumber Daya Manusia pada organisasi. Perencana dapat menggunakan inventarisasi ini untuk menentukan kebutuhan jangka panjang untuk perekrutan, penyeleksian dan pengembangan sumber daya manusia. Juga informasi tersebut dapat menjadi dasar untuk menentukan kemampuan tambahan yang diperlukan tenaga kerja masa mendatang yang mungkin belum diperlukan pada saat ini



Komponen Inventarisasi Kemampuan Organisasi sering kali terdiri dari:
a. Demografi tenaga kerja secara individu ( umur, masa kerja di organisasi, masa kerja pada jenis tugas yang sekarang).
Kemajuan karier secara individu penanggung tugas, waktu yang diperlukan untuk setiap jenis tugas, promosi atau perbahan ke tugas lain, tingkat upah).
Data kinerja secara individu ( penyerlesaian pekerjaan, perkembangan pada keahliannya)
Ketiga informasi diatas dapat diperluas meliputi:
Pendidikan dan pelatihan
Mobilitas dan letak geografis yang diinginkan
Bakat, kemampuan dan keinginan yang spesifik
Bidang yang diminati dan tingkat promosi didalam perusahaan
Tingkat kemampuan untuk promosi
Pensiun yang diharapkan

Informasi yang telah diperoleh dari hasil Audit SDM dan inventarisasi kemampuan organisasi SDM diatas lalu dikonversikan ke dalam:
· Sistem Informasi SDM (SISDM)
SISDM adalah sistem integrasi yang dirancang untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan SDM.

1. Tujuan SISDM
Meningkatkan efisiensi data tenaga kerja dimana SDM dikumpulkan
Lebih Strategis dan berhubungan dengan perencanaan SDM.
2. Kegunaan SISDM
SISDM mempunyai banyak kegunaan dalam suatu organisasi. Yang paling dasar adalah otomatisasi dari pembayaran upah dan kegaiatan benefit. Dengan SISDM , pencatatan waktu tenaga kerja dimasukan kedalam system, dan dimodifikasi disesuaikan pada setiap individual. Kegunaan umum yang lain dari SISDM adalah kesetaraan kesempatan bekerja.

Untuk merancang SISDM yang efektif, para ahli menyarankan untuk menilainya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai data yang akan diperlukan seperti:
1. Informasi apa yang tersedia, dan informasi apa yang dibutuhkan tentang orang-orang dalam organisasi?
2. Untuk tujuan apa informasi tersebut akan diberikan?
3. Pada format yang bagaimana seharusnya output untuk penyesuaian dengan data perusahaan lain?
4. Siapa yang membutuhkan informasi
5. Kapan dan seberapa seringnya informasi dibutuhkan?
· Succesion Planning
Merupakan proses HR planner dan operating managers gunakan untuk mengkonversi informasi mengenai karyawan-karyawan yang ada sekarang kedalam keputusan-keputusan menyangkut “internal job placements” dimasa yang akan datang.

2. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
Analisis lingkungan merupakan proses penelitian terhadap lingkungan organisasi untuk menentukan kesempatan atau ancaman. Hasil analisis akan mempengaruhi rencana SDM karena setiap organisasi akan masuk pada pasar tenaga kerja yang sama yang memasok, juga perusahaan lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasokan tenaga kerja antara lain:
Pengaruh pemerintah
Kondisi perekonomian
Masalah kependudukan dan persaingan
komposisi tenaga kerja dan pola kerja

D. SEBAB-SEBAB PERMINTAAN SDM
1. Faktor internal sebagai sebab permintaan SDM

Faktor internal adalah kondisi persiapan dan kesiapan SDM sebuah organisasi/perusahaan dalam melakukan operasional bisnis pada masa sekarang dan untuk mengantisipasi perkembangannya dimasa depan. Dengan kata lain faktor internal adalah alasan permintaan SDM, yang bersumber dari kekurangan SDM didalam organisasi/perusahaan yang melaksanakan bisnisnya, yang menyebabkan diperlukan penambahan jumlah SDM. Alasan ini terdiri dari:
Faktor Rencana Strategik dan rencana operasional
Faktor prediksi produk dan penjualan
Faktor pembiayaan (cost) SDM
Faktor pembukaan bisnis baru (pengembangan bisnis)
Faktor desain Organisasi dan Desain Pekerjaan
Faktor keterbukaan dan keikutsertaan manajer

2. Faktor eksternal sebagai sebab permintaan SDM

Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan bisnis yang berada diluar kendali perusahaan yang berpengaruh pada rencana strategic dan rencana operasional, sehingga langsung atau tidak langsung berpengaruh pada perencanaan SDM. Faktor eksternal tersebut pada dasarnya dapat dikategorikan sebagai sebab atau alasan permintaan SDM dilingkungan sebuah organisasi/perusahaan. Sebab atau alasan terdiri dari:
Faktor Ekonomi Nasional dan Internasional (Global)
Faktor Sosial, Politik dan Hukum
Faktor Teknologi
Faktor Pasar Tenaga Kerja dan Pesaing

3. Faktor Ketenagakerjaan

Faktor ini adalah kondisi tenaga kerja (SDM) yang dimiliki perusahaan sekarang dan prediksinya dimasa depan yang berpengaruh pada permintaan tenaga kerja baru. Kondisi tersebut dapat diketahui dari hasil audit SDM dan Sistem Informasi SDM (SISDM) sebagai bagian dari Sistem Informasi manajemen (SIM) sebuah organisasi/perusahaan. Beberapa dari faktor ini adalah:
a. Jumlah, waktu dan kualifikasi SDM yang pensiun, yang harus dimasukan dalam prediksi kebutuhan SDM sebagai pekerjaan/jabatan kosong yang harus dicari penggantinya.

Prediksi jumlah dan kualifikasi SDM yang akan berhenti/keluar dan PHK sesuai dengan Kesepakatan Kerja Bersama(KKB) atau kontrak kerja, yang harud diprediksi calon penggantinya untuk mengisi kekosongan pada waktu yang tepat, baik yang bersumber internal maupun eksternal.
Prediksi yang meninggal dunia

Pada akhirnya dari seluruh penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa PSDM sangat penting untuk dilakukan karena memungkinkan HRD menempatkan Staf yang tepat pada saat yang tepat.


kesimpulan : Tujuan perencanaan SDM adalah menghubungkan SDM yang ada untuk kebutuhan perusahaan pada masa yang akan datang untuk menghindari mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
PSDM memberikan petunjuk masa depan, menentukan dimana tenaga kerja diperoleh, kapan tenaga kerja dibutuhkan, dan pelatihan dan pengembangan jenis apa yang harus dimiliki tenaga kerja. Melalui rencana suksesi,Pengembangan rencana SDM merupakan rencana jangka panjang. Contohnya, dalam perencanaan SDM suatu organisasi harus mempertimbangkan alokasi orang-orang pada tugasnya untuk jangka panjang tidak hanya enam bulan kedepan atau hanya untuk tahun kedepan.Untuk mengetahui apakah semua karyawan dapat menyelesaikan job description-nya dengan baik dan tepat waktu.
Sebagai pedoman menentukan besarnya balas jasa kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pemberian pujian dan atau hukuman kepada setiap karyawan.
Sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan mutasi vertical (promosi atau demosi), horizontal, dan atau alih tugas bagi karyawan.